Rabu, 17 April 2013

Maaf, Mujarab di Hati, Indahnya Islam

M. A. A. F., rangkaian empat huruf yang berpadu menjadi satu kata. Sangat mudah mengucapkannya,sehingga tak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun untuk melakukannya. You can try it by your self, kalau mau bukti. Maaf ialah sebuah kata yang tercipta untuk meringankan beban di hati. Ketika gundah galau gulana (alias 3G) karena merasa bersalah.

Sering kita dengar kata-kata mutiara, orang bijak ialah orang yang mau mengakui kesalahannya dan bersegera untuk meminta maaf atas kesalahannya. Acap kali pula kita mendengar ataupun membaca ini, orang yang dapat memberikan maaf atau memaafkan kesalahan orang lain terhadap dirinya, ia tidak saja bijak, tetapi dia termasuk di dalam golongan orang-orang yang bertakwa.

Allah Swt. berfirman,

“Dan bersegeralah kamu pada ampunan dari Tuhanmu, dan pada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik pada waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (TQS Ali Imran [3]: 133-134)

Subhanallah, bukan? Terdapat balasan terhadap orang-orang yang bertakwa, orang-orang menahan dirinya dari amarah, orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Allah Swt. amat menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan ini.

Namun syaitanirajim itu selalu mengoda keimanan seseorang dari setiap sudut kelemahan. Ketika diri tengah lalai atau khilaf, sehingga futurlah iman kita. Seolah kata mujarab ini hilang dari kamus bahasanya. Lidah menjadi pelit untuk mengeluarkan satu kata maaf saja, dan hati ogah-ogahan menerima maaf. Maka saat itulah seharusnya seorang kawan mengingatkan.

Marilah kita menjadi kawan yang terus saling mengingatkan. Melalui sebuah pesan yang diberikan oleh Rasulullah Saw. kepada sahabat Uqbah bin Amir, ”Ingatlah! Aku akan memberi tahu kepadamu tentang akhlak yang paling utama bagi orang-orang yang ada di dunia dan di akhirat. Yaitu kamu mempererat hubungan orang yang memutuskan hubungan denganmu, memberikan sesuatu kepada orang yang menghalang-halangi pemberian kepadamu, serta memberi pengampunan (memaafkan) kepada orang yang menganiaya dirimu,” ( Al-Hadis).

Anas bin Malik r.a. menuturkan bahwa, “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Allah Swt. berfirman, ‘Wahai anak Adam, sesungguhnya selama engkau mau berdo’a kepada-Ku dan mengharap rahmat-Ku, maka Aku akan mengampunimu atas segala kesalahanmu dan Aku tak memedulikannya.Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu banyaknya sampai ke awan yang ada di langit, lalu engkau memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampunimu dan Aku juga tak memedulikannya.Wahai anak Adam, seandainya engkau berjumpa dengan-Ku (meninggal dunia) dengan membawa dosa-dosa sepenuh bumi, sedang engkau saat berjumpa dengan-Ku tidak dalam menyekutukan-Kudengan sesuatu apa pun, maka Aku akan menjumpaimu dengan memberi ampunan sepenuh bumi pula,” (HR Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi).

Subhanallah, bukankah dari Hadis tersebut telah menunjukkan kepada kita semua, bahwa Allah Swt. memiliki sifat Al-Afwu, atau sering kita sebut dengan Sang Maha Pemaaf. Dari sifat kepemaafan Allah ini, telah mengajarkan kepada kita bahwa sebagai hamba-Nya yang bertakwa, fardlu bagi diri dan hati kita memberikan maaf atau ampunan kepada orang yang telah melakukan kesalahan terlebih bila orang tersebut berbuat dzalim. Tentunya tanpa ada rasa benci atau ill feel terhadapnya, padahal diri mampu untuk membalasnya.

Apabila lidah mengucapkan kata ini sementara hati masih terdapat pertentangan dan keraguan, ini berarti kata tersebut hanya berlaku untuk sementara waktu. Atau mungkin karena diri tak mampu untuk membalasnya, sehingga terucaplah kata ini dengan terpaksa di mulut saja, tidak sampai ke hati. Sungguh itu tak termasuk sikap pemberian maaf yang di ajarkan Baginda Rasulullah Saw. dalam Islam. Inilah tanda bahwa sifat Al-Afwu belum merasuk ke jiwa.

Dikisahkan bahwa berakhirnya Perang Uhud, sebagian kaum Muslim mendapati bahwa wajah Rasulullah Saw. luka dan gigi beliau pecah. Mereka lalu berkata, “Seharusnya Anda berdo’a dan memohon supaya musuh itu binasa.” Namun Rasulullah Saw. hanya menjawab, “Aku diutus bukan untuk melaknati, melainkan aku diutus sebagai dai dan pembawa rahmat. Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengerti.” Dalam berbagai kesempatan, Rasulullah Saw. bersabda,

“Barang siapa memberi maaf ketika ia mampu membalas, Allah akan mengampuni dia pada saat dia kesukaran,” (Al-Hadis).

Itulah kisah sifat Al-Afwu dalam kepribadian Rasulullah Saw. Sikap beliau dalam memaafkan siapa pun yang menyakitinya tanpa rasa kebencian dan keinginan untuk membalasnya. Sifat dan sikap inilah yang utama perlu kita teladani.

Namun ketahuilah, Baginda Rasulullah amat keras amarahnya, apa bila telah menyinggung urusan agama dan hak-hak Allah Swt.

Meneladani sifat dan sikap Rasulullah Saw., bagaimana cara beliau memaafkan dan memberikan pengampunan. Lidahnya senantiasa basah mengucap istighfar, memohon pengampunan. Indahnya Islam yang diajarkan beliau menyusup dan mengalir di relung hati. Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita sebuah do’a, ucapkanlah.

“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku yang tidak ada tuhan selain Engkau. Engkaulah yang menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan senantiasa setia dengan janji-Mu semampuku. Aku berlindung dari keburukan apa yang kuperbuat. Aku mengakui kepada-Mu nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui kepada-Mu dosaku, maka ampunilah karena tidak ada yang dapat mengampuni segala dosa selain Engkau,” (HR Bukhari dan Ahmad).

Marilah kita koreksi diri masing-masing, murah hatikah diri kita ini, ataukah masih pelit mengucapkan satu kata ini saja. Maaf. Bukankah telah dikatakan, kata ini tercipta mujarab untuk menenangkan dan meringankan beban di hati. Pahami perlahan kata (maaf) ini dari hati, kemudian hembuskan ia bersama napas keikhlasan dan ketulusan melalui mulut. Tiada kebencian, tiada dendam yang terselubung, tiada amarah yang bergejolak, tiada keterpaksaan. Alhamdulillah, betapa mujarabnya sepucuk kata ini.

Penulis: Uni Amatullah

Sumber :  http://islami123.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar