M. A. A. F., rangkaian empat huruf yang berpadu menjadi satu kata.
Sangat mudah mengucapkannya,sehingga tak perlu mengeluarkan biaya
sepeserpun untuk melakukannya. You can try it by your self, kalau mau
bukti. Maaf ialah sebuah kata yang tercipta untuk meringankan beban di
hati. Ketika gundah galau gulana (alias 3G) karena merasa bersalah.
Sering kita dengar kata-kata mutiara, orang bijak ialah orang yang
mau mengakui kesalahannya dan bersegera untuk meminta maaf atas
kesalahannya. Acap kali pula kita mendengar ataupun membaca ini, orang
yang dapat memberikan maaf atau memaafkan kesalahan orang lain terhadap
dirinya, ia tidak saja bijak, tetapi dia termasuk di dalam golongan
orang-orang yang bertakwa.
Allah Swt. berfirman,
“Dan bersegeralah kamu pada ampunan dari Tuhanmu, dan pada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik pada
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (TQS Ali Imran [3]: 133-134)
Subhanallah, bukan? Terdapat balasan terhadap orang-orang yang
bertakwa, orang-orang menahan dirinya dari amarah, orang-orang yang
memaafkan kesalahan orang lain. Allah Swt. amat menyukai orang-orang
yang berbuat kebaikan ini.
Namun syaitanirajim itu selalu mengoda keimanan seseorang dari setiap
sudut kelemahan. Ketika diri tengah lalai atau khilaf, sehingga
futurlah iman kita. Seolah kata mujarab ini hilang dari kamus bahasanya.
Lidah menjadi pelit untuk mengeluarkan satu kata maaf saja, dan hati
ogah-ogahan menerima maaf. Maka saat itulah seharusnya seorang kawan
mengingatkan.
Marilah kita menjadi kawan yang terus saling mengingatkan. Melalui
sebuah pesan yang diberikan oleh Rasulullah Saw. kepada sahabat Uqbah
bin Amir, ”Ingatlah! Aku akan memberi tahu kepadamu tentang akhlak yang
paling utama bagi orang-orang yang ada di dunia dan di akhirat. Yaitu
kamu mempererat hubungan orang yang memutuskan hubungan denganmu,
memberikan sesuatu kepada orang yang menghalang-halangi pemberian
kepadamu, serta memberi pengampunan (memaafkan) kepada orang yang
menganiaya dirimu,” ( Al-Hadis).
Anas bin Malik r.a. menuturkan bahwa, “Aku mendengar Rasulullah Saw.
bersabda, ‘Allah Swt. berfirman, ‘Wahai anak Adam, sesungguhnya selama
engkau mau berdo’a kepada-Ku dan mengharap rahmat-Ku, maka Aku akan
mengampunimu atas segala kesalahanmu dan Aku tak memedulikannya.Wahai
anak Adam, seandainya dosa-dosamu banyaknya sampai ke awan yang ada di
langit, lalu engkau memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan
mengampunimu dan Aku juga tak memedulikannya.Wahai anak Adam, seandainya
engkau berjumpa dengan-Ku (meninggal dunia) dengan membawa dosa-dosa
sepenuh bumi, sedang engkau saat berjumpa dengan-Ku tidak dalam
menyekutukan-Kudengan sesuatu apa pun, maka Aku akan menjumpaimu dengan
memberi ampunan sepenuh bumi pula,” (HR Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi).
Subhanallah, bukankah dari Hadis tersebut telah menunjukkan kepada
kita semua, bahwa Allah Swt. memiliki sifat Al-Afwu, atau sering kita
sebut dengan Sang Maha Pemaaf. Dari sifat kepemaafan Allah ini, telah
mengajarkan kepada kita bahwa sebagai hamba-Nya yang bertakwa, fardlu
bagi diri dan hati kita memberikan maaf atau ampunan kepada orang yang
telah melakukan kesalahan terlebih bila orang tersebut berbuat dzalim.
Tentunya tanpa ada rasa benci atau ill feel terhadapnya, padahal diri
mampu untuk membalasnya.
Apabila lidah mengucapkan kata ini sementara hati masih terdapat
pertentangan dan keraguan, ini berarti kata tersebut hanya berlaku untuk
sementara waktu. Atau mungkin karena diri tak mampu untuk membalasnya,
sehingga terucaplah kata ini dengan terpaksa di mulut saja, tidak sampai
ke hati. Sungguh itu tak termasuk sikap pemberian maaf yang di ajarkan
Baginda Rasulullah Saw. dalam Islam. Inilah tanda bahwa sifat Al-Afwu
belum merasuk ke jiwa.
Dikisahkan bahwa berakhirnya Perang Uhud, sebagian kaum Muslim
mendapati bahwa wajah Rasulullah Saw. luka dan gigi beliau pecah. Mereka
lalu berkata, “Seharusnya Anda berdo’a dan memohon supaya musuh itu
binasa.” Namun Rasulullah Saw. hanya menjawab, “Aku diutus bukan untuk
melaknati, melainkan aku diutus sebagai dai dan pembawa rahmat. Ya
Allah, berikanlah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak
mengerti.” Dalam berbagai kesempatan, Rasulullah Saw. bersabda,
“Barang siapa memberi maaf ketika ia mampu membalas, Allah akan mengampuni dia pada saat dia kesukaran,” (Al-Hadis).
Itulah kisah sifat Al-Afwu dalam kepribadian Rasulullah Saw. Sikap
beliau dalam memaafkan siapa pun yang menyakitinya tanpa rasa kebencian
dan keinginan untuk membalasnya. Sifat dan sikap inilah yang utama perlu
kita teladani.
Namun ketahuilah, Baginda Rasulullah amat keras amarahnya, apa bila telah menyinggung urusan agama dan hak-hak Allah Swt.
Meneladani sifat dan sikap Rasulullah Saw., bagaimana cara beliau
memaafkan dan memberikan pengampunan. Lidahnya senantiasa basah mengucap
istighfar, memohon pengampunan. Indahnya Islam yang diajarkan beliau
menyusup dan mengalir di relung hati. Rasulullah Saw. mengajarkan kepada
kita sebuah do’a, ucapkanlah.
“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku yang tidak ada tuhan selain Engkau.
Engkaulah yang menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan
senantiasa setia dengan janji-Mu semampuku. Aku berlindung dari
keburukan apa yang kuperbuat. Aku mengakui kepada-Mu nikmat-Mu kepadaku
dan aku mengakui kepada-Mu dosaku, maka ampunilah karena tidak ada yang
dapat mengampuni segala dosa selain Engkau,” (HR Bukhari dan Ahmad).
Marilah kita koreksi diri masing-masing, murah hatikah diri kita ini,
ataukah masih pelit mengucapkan satu kata ini saja. Maaf. Bukankah
telah dikatakan, kata ini tercipta mujarab untuk menenangkan dan
meringankan beban di hati. Pahami perlahan kata (maaf) ini dari hati,
kemudian hembuskan ia bersama napas keikhlasan dan ketulusan melalui
mulut. Tiada kebencian, tiada dendam yang terselubung, tiada amarah yang
bergejolak, tiada keterpaksaan. Alhamdulillah, betapa mujarabnya
sepucuk kata ini.
Penulis: Uni Amatullah
Sumber : http://islami123.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar