Jane yang dilahirkan di Inggris pada 3 April 1934 sejak kecil sudah punya mimpi hidup di hutan. Hal ini karena terpengaruh tokoh fiksi Tarzan yang disukainya. Ketika menceritakan keinginannya itu pada sang ibu, ibunya justru mendorongnya. “Kamu akan bisa melakukan apa pun yang kamu rancang dalam pikiranmu,” kata sang ibu.
Suatu kali saat ia telah berusia 22 tahun dan bekerja di sebuah studio film di London, temannya di Kenya, Clo, mengundangnya datang ke Afrika. Sayangnya ia tak punya uang. Agar segera bisa mewujudkan mimpinya, ia harus bekerja keras mengumpulkan uang. Karena itu setiap malam ia bekerja sebagai pramusaji restoran dan menabung uangnya di bawah karpet di kamar tamu rumahnya.
Ketika mereka bertemu Louis kagum pada pengetahuan Jane yang tinggi tentang simpanse. Ia pun tak segan mengangkatnya jadi asisten dan mengirim Jane pada suatu proyek penelitian simpanse di Tanzania. Setelah itu Jane jadi terlibat dalam kehidupan hutan Afrika. Louis malah kemudian sering mengirim Jane untuk belajar primatologi (ilmu yang mempelajari primata seperti monyet, simpanse, dan sejenisnya) dan etologi (ilmu perilaku hewan) ke beberapa tempat, termasuk mengirimnya kembali ke Inggris. Bahkan Jane bisa belajar dan meraih PhD di bidang etologi dari Cambridge University tanpa perlu meraih gelar BA atau B.Sc dulu.
Setelah itu Jane jadi ahli primatologi dan etologi terkenal dunia dan tinggal di hutan Tanzania. Ia juga memprakarsai pendirian Jane Goodall Institute, sebuah lembaga nonprofit yang menangani konservasi simpanse dan binatang lainnya di Afrika. Atas prestasinya itu PBB bahkan mengangkatnya menjadi Duta Perdamaian PBB.
_____
Sumber: Majalah LuarBiasa.
Foto: Wikipedia
Sumber : http://www.andriewongso.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar