Banyak orang beranggapan, hidup memang untuk dinikmati. Tak heran
jika kemudian mereka berprinsip “yang penting senang” dan bagaimana
menciptakan kehidupan yang “serba ada”. Tak peduli bagaimana caranya.
Harga diri pun siap digadaikan demi memenuhi selera dan tuntutan gaya
hidup yang dianutnya. Sehingga karena ingin hidup senang, akhirnya
terlena untuk menimbang akibat buruk yang bakal timbul di kemudian hari.
Melupakan urusan diri sendiri padahal diri ini dituntut memiliki
kesiapan bila pada saatnya harus kembali kepada Allah I.
Walhasil,
banyak yang dinina-bobokkan dengan ‘kesenangan’ sehingga seolah tidak
ada hari perhitungan, hisab dan pertanggungjawaban di hadapan Allah I.
Pelanggaran syariat terjadi di mana-mana. Zina, homoseks, mabuk-mabukan,
pesta narkoba, judi, dan tindak kriminal lainnya, dilakukan demi apa
yang disebut kesenangan. Bahkan tidak kalah besar adalah kesyirikan dan
kebid’ahan yang dilakukan untuk mencari sebentuk kesenangan. Andai saja
mereka mau belajar sejarah masa lampau dari para pendahulu yang telah
dibinasakan Allah I tanpa sisa karena kejahatan mereka!
Jelasnya, mereka ingin mengejar kesenangan hidup yang bersifat
sementara dan melupakan kesenangan yang abadi di sisi Allah I. Yang pada
akhirnya tidak mendapatkan kedua-duanya, kesenangan dunia ataupun
kesenangan akhirat.
Allah I berfirman:
“Sesungguhnya Qarun
termasuk dari kaum Musa, namun ia berlaku aniaya terhadap mereka. Kami
telah menganugerah-kan kepadanya perbendaharaan harta yang
kunci-kuncinya sungguh sangat berat dipikul oleh sejumlah orang yang
kuat. Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya: ‘Jangan-lah kamu
terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
selalu membanggakan diri. Dan carilah kepada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat. Jangan kamu
melupakan bagian (kenikmatan) duniawi. Dan berbuat baiklah kepada orang
lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.’ Qarun berkata: ‘Sesung-guhnya aku
diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.’ Apakah ia tidak
mengetahui bahwasanya Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang
lebih kuat daripada dia dan lebih banyak mengum-pulkan harta? Dan
tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang
dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam
kemegahannya, orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia pun berkata:
‘Sekiranya kita mem-punyai seperti apa yang telah diberikan kepada
Qarun. Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.’
Orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata: ‘Kecelakaan yang besarlah
bagimu. Pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman
lagi beramal shalih, dan tidaklah diperoleh pahala itu melainkan bagi
orang-orang yang bersabar.” Maka Kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke
dalam bumi. Tidak ada satu golonganpun yang menolong-nya dari adzab
Allah. Dan tidaklah ia termasuk dari orang yang membela dirinya. Jadilah
orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata:
‘Aduhai benarlah Allah melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendaki
dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan
karunia-Nya kepada kita, benar-benar Dia telah membenamkan kita pula.
Aduhai benarlah tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat
Allah).’ Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak
ingin menyombong-kan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi dan
kesudahan yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Qashas:
76-83)
Siapakah yang akan selamat? Mereka-lah orang-orang yang
bersabar. Yaitu orang-orang yang menahan dirinya untuk terus di atas
ketaatan kepada Allah I, menahan diri dari bermaksiat kepada-Nya serta
siap menerima segala ketentuan Allah I. Juga orang-orang yang bersabar
dari rayuan dunia dan syahwatnya untuk tersibukkan dari beribadah kepada
Allah I dan menghalangi mereka dari tujuan mereka diciptakan. Merekalah
orang-orang yang mengutamakan ganjaran di sisi Allah I daripada dunia
yang fana. (Lihat Tafsir As-Sa’di hal. 574 )
Sungguh malang nasibmu
wahai saudaraku, jika kamu lupa dan melalaikan akibat perbuatanmu.
Hendaknya engkau segera mencari jalan keluar dari perbuatan-mu. Simaklah
firman Allah I dan camkan baik-baik:
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga
kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.
Padanya (ada) malaikat yang keras dan kasar dan mereka tidak bermaksiat
kepada Allah terhadap segala yang diperintahkan dan mereka melakukan
segala apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
“Dan aku tidak bisa melepaskan diriku. Sesungguhnya nafsu itu selalu
memerintahkan untuk berbuat jahat kecuali orang yang mendapatkan rahmat
dari Rabbku. Sesungguhnya Rabbku Maha pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Yusuf: 53 )
“Apa yang menimpamu berupa kebaikan maka datangnya dari Allah dan apa
yang menimpamu berupa kejahatan datangnya dari dirimu sendiri.”
(An-Nisaa: 79)
“Dan barangsiapa melakukannya maka sungguh dia telah mendzalimi dirinya sendiri.”(Al-Baqarah: 231)
“Sungguh telah datang kepada kalian hujjah dari Rabb kalian. Maka
barangsiapa melihatnya untuk dirinya sendiri dan barangsiapa buta
darinya atasnya dan aku bukan sebagai penolong atas kalian.” (Al-An’am:
104)
“Katakan wahai sekalian manusia, telah datang kepada kalian kebenaran
dari Rabb kalian. Maka barangsiapa mendapatkan petunjuk untuk dirinya
dan barangsiapa yang sesat, maka dia tersesat atas dirinya sendiri dan
Aku bukanlah pembela atas kalian.” (Yunus: 108)
Semua ayat di atas
mengingatkan kepada kita akan pentingnya memperhatikan urusan diri kita
sendiri, di mana jika berhasil maka keberhasilan untuk diri kita sendiri
dan jika merugi itu merupakan hasil usaha kita, tidak boleh kita
mengkambinghitamkan orang lain.
Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa menemukan (ganjaran) kebaikan maka hendaklah dia memuji
Allah dan barangsiapa mendapatkan selainnya janganlah dia mencela
melainkan dirinya sendiri.”
Al-Imam Al-Baghawi t di dalam Tafsir-nya
menjelaskan: “Berkata Atha’ dari Ibnu Abbas: ‘Tinggalkanlah segala
perkara yang dilarang Allah dan lakukan segala amal ketaatan’.”
Al-Qurthubi menjelaskan: “Allah memerintahkan untuk menjaga dirimu dan
keluargamu dari api neraka.”
At-Thabari di dalam Tafsir-nya
menjelaskan: “Ajarkanlah orang lain ilmu yang akan bisa menjaga kalian
dari api neraka dan ilmu itu akan menjaga mereka dari neraka bila mereka
mengamalkannya dalam bentuk mentaati Allah dan melakukan (segala
bentuk) ketaatan (yang lain) kepada Allah.”
Asy-Syaikh Abdurrahman
As-Sa’di menjelaskan: “Menjaga diri artinya konsisten di atas perintah
Allah dan larangannya dengan cara menjauhinya dan bertaubat dari segala
yang akan mendatangkan kemurkaan dari Allah dan adzab-Nya.” Beliau juga
mengatakan: “Apa yang menimpamu berupa kejelekan karena dirimu artinya
karena dosa-dosa dan usahamu.”
Ketahuilah bahwa jiwa selalu berada dalam salah satu dari dua keadaan.
Pertama: Sibuk dalam ketaatan kepada Allah I.
Kedua: Tersibukkan oleh nafsunya (dari ketaatan kepada Allah I).
Karena
bila jiwa itu tidak disibukkan, dia akan menyibukkan. Dan jika didapati
ada yang akan meluruskannya niscaya akan menjadi lurus. (Nasihati Lin
Nisa` hal. 19 karya Ummu Abdillah, putri Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi
Al-Wadi’i)
Bimbinglah Dirimu dan Berjuanglah!
Ibnul Qayyim
di dalam Zadul Ma’ad (1/9) mengatakan: “Jihad memiliki empat tingkatan;
yaitu jihad melawan diri sendiri, jihad melawan setan, jihad melawan
orang-orang kafir, dan jihad melawan kaum munafiqin. Jihad melawan diri
sendiri ada empat tingkatan:
Pertama: Berjihad agar diri ini mau
mempelajari petunjuk dan kebenaran, di mana tidak ada kemenangan dan
kebahagiaan di dalam kehidupan dunia dan akhirat kecuali dengan-nya. Dan
jika dia tidak memiliki ilmu, akan celaka dunia dan akhi-rat.
Kedua:
Berjihad agar mau mengamal-kan ilmunya setelah dia berilmu. Sebab bila
ilmu tidak dibarengi dengan amal, jika tidak memudharatkan maka tidak
akan berman-faat.
Ketiga: Berjihad untuk mendakwah-kan ilmunya dan
mengajarkan orang yang tidak mengetahui. Jika dia tidak mengajar-kannya
niscaya dia termasuk orang-orang yang menyembunyikan petunjuk dan
keterangan yang telah diturunkan Allah I. Juga, ilmunya tidak akan
bermanfaat dan tidak akan menyelamatkan dia dari adzab Allah I.
Keempat:
Berjihad agar bersabar terhadap segala beban berat dalam dakwah dan
dari segala gangguan manusia, serta menanggung semuanya itu karena Allah
I.
Jika keempat hal ini secara sempurna ada pada diri seseorang,
niscaya dia termasuk Rabbaniyyun. Karena, ulama salaf sepakat bahwa
seorang yang alim tidak pantas disebut Rabbani hingga dia mengetahui
kebenaran, mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang yang tidak
mengetahui. Barangsiapa belajar dan mengajarkannya lalu dia
mengamalkannya, itulah orang yang memiliki kedudukan di hadapan seluruh
makhluk.”
Dalam kesempatan lain, Ibnul Qayyim (1/6) menjelaskan:
“Tatkala jihad melawan musuh dari luar merupakan bagian dari (berjihad
melawan) musuh dari dalam diri kita, sebagaimana sabda Rasulullah r
(yang artinya): “Seorang mujahid adalah orang yang menjihadi dirinya di
jalan Allah I dan orang yang berhijrah adalah orang yang me-ninggalkan
apa-apa yang dilarang oleh Allah I”, (berdasarkan hal ini) maka berjihad
melawan diri sendiri lebih didahu-lukan dari melawan musuh dari luar
diri kita, dan berjihad melawan diri sendiri merupakan muara dan
landasan perjuangan. Karena barangsiapa tidak berhasil melawan diri
sendiri dalam babak pertama agar dia melaksanakan segala apa yang
diperintah-kan dan meninggalkan yang dilarang serta tidak memeranginya
di jalan Allah I, dia tidak mungkin melawan musuh yang datang dari luar.
Bagaimana dia akan mampu melawan musuh dari luar dan melepaskan diri
darinya, sementara musuh yang ada di antara dua lambungnya mengalahkan
dan menguasai dirinya, serta tidak dia lawan dan perangi di jalan Allah
I?”
Kiat Menuju Kemenangan Diri
a. Bersemangat mencari ilmu
“Maka berilmulah tentang bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar
melainkan Allah dan mintalah ampun (kepada-Nya ) dari dosamu.” (Muhammad: 19)
“Allah telah mempersaksikan tentang kalimat La ilaha illallah dan
berikut para Malaikat (ikut mempersaksikan) dan orang-orang yang
berilmu, (bersaksi) dengan penuh keadilan dan tidak ada sesembahan yang
benar melainkan Dia yang Maha Mulia dan Bijaksana.” (Al-Baqarah: 18)
“Barangsiapa yang Allah inginkan untuk mendapatkan kebaikan, Allah faqihkan di dalam Agama.”
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan jalannya menuju surga.”
“Menuntut ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim.”
Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi
dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, namun
mereka mewariskan ilmu. Dan barangsiapa mengambil warisan tersebut
berarti dia telah mengambil bagiannya yang terbanyak.”
b. Memanfaatkan waktu luang dan kesehatan yang diberikan Allah
Allah I berfirman:
“Demi masa. Sesungguhnya seluruh manusia dalam keadaan merugi.
Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan orang-orang yang
saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.” (Al-‘Ashr: 1-3)
“Sungguh telah beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang
yang khusyu’ di dalam shalat mereka. Dan orang yang berpaling dari
segala yang melalaikan.” (Al-Mu`minun: 1-3)
“Dan bersegeralah kalian menuju pengampunan Rabb kalian dan menuju
surga yang luasnya (seluas) langit dan bumi yang dipersiapkan bagi
orang-orang yang bertakwa.” (Ali ‘Imran: 133)
Rasulullah n bersabda:
“Termasuk kebagusan agama seseorang yaitu dia meninggalkan segala yang tidak bermanfaat.”
Dari Ibnu Abbas c berkata: Rasulullah n bersabda: “Dua nikmat yang
kebanyakan orang melalaikannya: Nikmat sehat dan waktu luang.”
Dari Abu Hurairah z ia berkata: telah bersabda Rasulullah n: “Mukmin
yang kuat lebih baik dan lebih dicintai dari pada mukmin yang lemah,
akan tetapi setiap (dari mukmin yang kuat dan lemah) memiliki kebaikan,
bersemangatlah untuk melakukan segala yang bermanfaat buatmu dan minta
tolonglah kepada Allah dan jangan bermalas-malasan.”
Dari Abi Bazrah Al-Aslami z ia berkata: dari Nabi n bersabda: “Tidak
akan tergelincir kedua kaki pada hari kiamat sehingga ditanya: “Tentang
umurnya di mana dia habiskan, tentang ilmunya apa yang diperbuat,
tentang hartanya dari mana dia peroleh dan ke mana dia pergunakan dan
tentang jasadnya di mana dia hancurkan.”
Dari Abdullah bin ‘Umar z ia berkata: “Rasulullah memegang pundakku
lalu berkata: ‘Jadilah kamu di dunia seakan-akan orang asing atau
penelusur jalan.” Ibnu Umar berkata: ‘Bila kamu berada di sore hari maka
jangan kamu menunggu sampai datangnya pagi hari dan bila kamu berada di
pagi hari jangan menunggu datangnya sore hari dan ambillah (kesempatan
masa sehatmu) sebelum datang (masa) sakitmu dan hidupmu sebelum datang
matimu.”
c. Berakhlak mulia
Dengarkan pengajaran Luqman kepada anaknya, dalam firman Allah (yang artinya):
“Sesungguhnya
Kami telah memberi-kan hikmah kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah
kepada Allah, dan barangsiapa bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya
dia bersyukur untuk dirinya. Dan barangsiapa tidak bersyukur maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Terpuji. Ingatlah ketia Luqman berkata
kepada anaknya: “Hai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah.
Sesungguhnya menyekutukan Allah adalah kedzaliman yang paling besar.”
Dan Kami telah perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua
orang tuanya (di mana) ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah dan meyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kamu
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
kamu tidak memiliki penge-tahuan tentangnya, maka janganlah kamu menaati
keduanya dan pergauilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah
jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu. Maka Aku akan beritahukan kepadamu apa yang kamu telah
kerjakan. Luqman berkata: ‘Hai anakku, sesungguhnya jika ada satu
perbuatan seberat biji sawi berada dalam batu atau ada di langit atau di
bumi, niscaya Allah akan mendatangkan pembalasannya. Sesungguhnya Allah
Maha halus lagi Maha mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan
suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan mencegah dari yang jelek.
Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu sesungguhnya yang demikian
itu adalah termasuk hal-hal yang diwajibkan atasmu. Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu di
dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara adalah suara keledai.” (Luqman: 12-19)
Nasihat Indah Ibnul Qayyim
Barangsiapa tidak
mengenal dirinya, mana mungkin dia mengenal penciptanya. Ketahuilah,
Allah telah menciptakan di dadamu sebuah rumah. Itulah hati. Dan Allah
telah meletakkan di dadamu singgasana untuk mengilmui Allah yang
keagungan-Nya beristiwa` padanya dan Allah dengan dzatnya istiwa` di
atas ‘Arsy-Nya, berbeda dengan makhluk-Nya. (Bagi Allah) perumpamaan
yang tinggi dalam mengetahui-Nya, mencintai-Nya, dan mentauhidkan-Nya
beristiwa’ di atas ranjang hati, dan ranjang permadani ridha. Allah
letakkan di sebelah kanan dan kirinya para penjaga syariat-Nya dan
peritah-perintah-Nya. Allah membukakan pintu menuju surga rahmat-Nya,
tenteram bersama-Nya dan benar-benar berharap ingin berjumpa dengan-Nya.
Allah
telah menurunkan hujan dengan siraman firman-firman-Nya yang dengannya
tumbuh wewangian dan pepohonan yang berbuah segala bentuk ketaatan
seperti bertahlil, bertasbih, bertahmid dan mensucikan Allah. Allah
menjadikan di tengah-tengah kebun tersebut pohon ma’rifah (pengetahuan)
yang memberikan buah sepanjang masa dengan seijin dari Rabbnya berupa
cinta, bertaubat, takut bergembira dan berusaha mendekatkan diri
kepada-Nya. Allah mengalirkan dari (celah-celah) pohon tersebut apa yang
akan menyiraminya berupa penggalian firman-firman-Nya, memahaminya, dan
meng-amalkan segala wasiat-Nya. Dan Allah menggantungkan di dalam
persinggahan tersebut, lentera yang meneranginya dengan cahaya
pengetahuan dan dengan keimanan dan mentauhidkannya.
(Lentera) itu
bersambung dari pohon yang berbarakah dan mengandung minyak yang tidak
diketahui ujung timur dan baratnya, hampir-hampir minyaknya akan
menerangi walaupun tidak disentuh api. Kemudian Allah melingkarinya
dengan pagar yang akan mencegah segala hama perusak yang akan masuk.
Barangsiapa mengganggu kebun, niscaya mereka tidak akan sanggup dan
Allah meletakkan penjaga dari kalangan Malaikat yang akan menjaganya
baik di waktu dia tertidur ataupun terjaga.
Kemudian Allah
mengingatkan pemilik kebun dan rumah tersebut untuk dia tinggal padanya
dan selalu membersihkan tempat tinggalnya serta segala apa yang akan
mengotorinya agar penghuninya ridha (untuk menempatinya). Ketika dia
merasa-kan ada sesuatu yang mengotorinya dia berusaha untuk
membersihkannya karena khawatir jika yang menempatinya itu (tidak) mau
tinggal padanya. Aduhai betapa nikmatnya orang yang tinggal padanya dan
tempat tinggal tersebut.” (Al-Fawa`id hal. 190)
Beberapa faidah:
1. Kenalilah dirimu.
2.
Menjaga segumpal daging, yang bila baik akan menentukan kebaikan
anggota jasad dan bila rusak akan menetukan kerusakan seluruh jasad.
3. Bila kamu menjaga dan menerima segala yang datang dari Allah niscaya perlindungan dan pemeliharaan-Nya akan selalu menyertaimu.
Sumber : http://www.flexmedia.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar