Plastik memang pilihan favorit untuk kemasan makanan. Tapi ternyata,
dibalik banyak kelebihan fungsinya, penggunannya perlu diwaspadai
Sutrisno Koswara Pernah dimuat di FEMINA Wadah atau kemasan makanan
seperti apa yang paling populer sekarang? Jawabannya : plastik!
Buktinya, kalau Anda membeli baso dikaki lima untuk dibawa pulang, pasti
bungkusnya plastik. Beli nasi rendang lengkap dengan daun singkong dan
sambel ijo di restoran Padang, memang memakai bungkus kertas.
Tapi, ketahuilah bahwa kertas coklat itu
juga sudah dilapisi plastik. Beli ayam goreng balut tepung lengkap
dengan nasinya di restoran cepat saji di mal megah, juga pakai plastik
styrofoam. Di rumah, coba lihat di dapur Anda.Yang namanya gelas
plastik, piring mangkuk melamin, atau sendok nasi dari plastik bukan tak
mungkin Anda temui, bahkan dipakai sehari-hari. Tapi, tahukah Anda
tidak semua plastik bisa digunakan untuk wadah atau kemasan makanan
maupun minuman? Tahukah pula kalau ada bahaya menginatai di baliknya?
Plastik sebagai kemasan Plastik dibuat dengan cara polimerisasi yaitu
menyusun dan membentuk secara sambung menyambung bahan-bahan dasar
plastik yang disebut monomer. Misalnya, plastik jenis PVC (Polivinil
Chlorida), sesungguhnya adalah monomer dari vinil klorida. Disamping
bahan dasar berupa monomer, di dalam plastik juga terdapat bahan non
plastik yang disebut aditif yang diperlukan untuk memperbaiki
sifat-sifat plastik itu sendiri. Bahan aditif tersebut berupa zat-zat
dengan berat molekul rendah, yang dapat berfungsi sebagai pewarna,
antioksidan, penyerap sinar ultraviolet, anti lekat, dan masih banyak
lagi. Kemasan plastik mulai diperkenalkan pada tahun 1900-an. Sejak itu
perkembangan nya berlangsung sangat cepat. Sesudah Perang Dunia II,
diperkenalkan berbagai jenis kemasan plastik dalam bentuk kemasan lemas
(fleksibel) maupun kaku. Beberapa jenis kemasan plastik yang dikenal
antara lain polietilen, polipropilen, poliester, nilon, serta vinil
film. Bahkan selama dua dasawarsa terakhir, pangsa pasar dunia untuk
kemasan pangan telah direbut oleh kemasan plastik.
Mengapa plastik begitu banyak dipakai? Plastik memang mempunyai
beberapa keunggulan sifat antara lain : ia kuat tetapi ringan, tidak
berkarat, bersifat termoplastis, yaitu dapat direkat menggunakan panas,
serta dapat diberi label atau cetakan dengan berbagai kreasi. Selain itu
plastik juga mudah untuk diubah bentuk. Sesudah Perang Dunia II,
berbagai jenis kemasan plastik fleksibel muncul dengan pesat. Sebagai
bahan pembungkus, plastik dapat digunakan dalam bentuk tunggal, komposit
atau berupa lapisan multilapis dengan bahan lain, (pakah itu antara
plastik dengan plastik yang beda jenis, plastik dengan kertas atau
lainnya). Kombinasi tersebut dinamakan aminasi. Dengan demikian,
kombinasi dari berbagai janis plastik dapat menghasilkan ratusan jenis
kemasan. Ada jenis yang berbahaya Selain mempunyai banyak keunggulan,
ternyata kemasan atau wadah plastik menyimpan kelemahan, yaitu
kemungkinan terjadinya migrasi atau berpindahnya zat-zat monomer dari
bahan plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut tak cocok
dengan kemasan atau wadah penyimpannya. Pada makanan yang dikemas dalam
kemasan plastik, adanya migrasi ini tidak mungkin dapat dicegah 100%
(terutama jika plastik yang digunakan tak cocok dengan jenis
makanannya). Migrasi monomer terjadi karena dipengaruhi oleh suhu
makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya. Semakin tinggi suhu
tersebut, semakin banyak makanan yang dapat bermigrasi ke dalam makanan.
Demikian pula dengan lamanya makanan tersebut disimpan. Karena, semakin
lama kontak antara makanan tersebut dengan kemasan plastik, maka jumlah
monomer yang bermigrasi dapat makin tinggi jumlahnya. Monomer atau
aditif plastik apa saja yang perlu diwaspadai? Tidak semua memang, hanya
beberapa saja seperti vinil klorida, akrilonitril, metacrylonitril,
vinylidene klorida serta styrene. Monomer vinil klorida dan akrilonitril
cukup tinggi potensinya untuk menimbulkan kanker pada manusia. Vinil
klorida dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA. Sedangkan
akrilonitril bereaksi dengan adenin. Vinil asetat telah terbukti
menimbulkan kanker tiroid, uterus dan liver pada hewan. Akrilonitril
menimbulkan cacat lahir pada tikus-tikus yang memakannya.
Monomer-monomer lain seperti akrilat, stirena, dan metakrilat serta
senyawa-senyawa turunannya, seperti vinil asetat, polivinil klorida,
kaprolaktam, formaldehida, kresol, isosianat organik, heksa
metilendiamin, melamin, epodilokkloridrin, bispenol, dan akrilonitril
dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan terutama mulut,
tenggorokan dan lambung. Aditif plastik jenis plasticizer, stabilizer
dan antioksidan dapat menjadi sumber pencemaran organoleptik yang
membuat makanan berubah rasa serta aroma, dan bisa menimbulkan
keracunan. Pada suhu kamar, dengan waktu kontak yang cukup lama, senyawa
berberat molekul kecil dapat masuk ke dalam makanan secara bebas, baik
yang berasal dari aditif maupun plasticizer. Migrasi monomer maupun
zat-zat pembantu polimerisasi, dalam kadar tertentu dapat larut ke dalam
makanan padat atau cair berminyak maupun caitan tak berminyak. Semakin panas makanan yang dikemas, semakin tinggi peluang
terjadinya migrasi (perpindahan) ke dalam bahan makanan Aditif plastik
dibutil ptalat (DBP) dan dioktil ptalat (DOP) pada PVC termigrasi cukup
banyak ke dalam minyak zaitun, minyak jagung, minyak biji kapas, dan
minyak kedelai pada suhu 3oC selama 60 hari kontak. Jumlah aditif DBP
dan DOP yang termigrasi tersebut berkisar dari 155 – 189 mg. DEHA
(di-2-etil-heksil-adipat) pada PVC termigrasi ke dalam daging yang
dibungkusnya, pada daging yang berkadar lemak antara 20–30%, DEHA yang
termigrasi 14,5-23,5 mg tiap dm2 (desimeter persegi) pada suhu 4oC
selama 72 jam. Di Swedia, bahan berbahaya setingkat dengan monomer vinil
klorida kandungannya dalam makanan tidak boleh lebih dari 0.05 ppm.
Batas maksimum monomer vinil klorida yang terdeteksi dalam makanan
adalah 0,01 ppm. Sementara di Jepang 0,05 ppm. Monomer Menghindari
bahaya plastik Tentu sulit menentukan, terbuat dari plastik jenis apa
kemasan atau wadah plastik makanan Anda. Yang terbaik, minimalkan
penggunaan plastik. Misalnya kalau ingin membeli baso atau makanan lain,
pakailah rantang seperti masa dulu. Mungkin kurang praktis. Tapi, demi
kesehatan, mengapa tidak? Perhatikan tanggal kadaluwarsa makanan. Jangan
dikonsumsi bila tanggal kadaluwarsa telah lewat batas. Begitu pula bila
ada kejanggalan rasa atau aroma, serta penampilan pada makanan (maupun
minuman) meskipun batas kadaluwarsa belum terlewati. Bila ingin
memanaskan makanan denga oven microwave, gunakanlah wadah dari gelas.
Bila ingin memilih plastik lemas (fleksibel) untuk penutup makanan,
pilihlah yang dilabelnya tertera polietilen. Wadah atau kemasan untuk
makanan atau minuman dingin (misalnya untuk es krim, dan sejenisnya)
sebaiknya jangan dipakai untuk makanan atau minuman panas. Karena, wadah
plastik tersebut hanya cocok untuk makanan atau minuman dingin (bersuhu
rendah). Jangan pula menghangatkan makanan (misal, mengukus sayuran)
dengan menggunakan wadah plastik ini.
Sumber : http://jejakjejakjejak.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar