Menghiasi indah taman hati
Dan di dalam Surga nanti
Engkaulah Sang Bidadari.
Sholehah… Oo… Sholehah !
Hamid merangkai kata-kata di dalam hayalannya, mengharap suatu saat akan segera tiba, di hadapan istri tercinta, keindahan kata-kata itu terucap dari kedua bibirnya.
Ya Allah… terasa detik-detik jam begitu lambat, hari-hari seakan diam di tempat. Aahh… Hamid menarik napas dalam-dalam, sedalam lamunannya, sedalam harapannya
“Hamid….!” Suara Ahmad menyadarkan dirinya yang larut dalam perasaannya sendiri.
“Dari tadi kuperhatikan, kau menghayal melulu… kapan bukunya dapat selesai kau baca ?”
“Dari tadi kuperhatikan, kau menghayal melulu… kapan bukunya dapat selesai kau baca ?”
”Aku meresapi isi buku ini, sahabatku…
Kapankah si Sholehah itu menemani siang dan malamku ?” Hamid
mengeluarkan kata-katanya, seakan-akan dirinya masih berada di dunia
hayalan itu. Dan ia memperlihatkan judul buku yang dibaca, “Bidadari Dunia”
”Sholehah oh Sholehah, semoga Allah Ta’ala memudahkan langkah kita untuk menjemput dirinya,” Ahmad terbawa dalam suasana.
Ahmad dan Hamid diam sejenak,
perpustakaan itu kembali sunyi, yang ada hanya suara lembaran-lembaran
buku, dan setiap orang yang larut dalam bacaannya.
”Kita duduk di depan perpustakaan saja,
tidak enak bicara di sini, mengganggu orang-orang yang sedang membaca,
dan malu kalau ketahuan apa yang kita bicarakan,” Ahmad mengajak Hamid
keluar dari perpustakaan.
Sepoi-sepoi angin menyapa, dua pasang
mata menatap keindahan taman dan bunga-bunga yang sedang bermekaran.
Ahmad dan Hamid duduk dengan santainya, sambil melanjutkan pembicaraan
mereka.
”Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
telah mengajarkan kepada kita bahwa wanita itu dipilih untuk menjadi
seorang istri berdasarkan agamanya,” Ahmad mulai membuka kebisuan.
”Yang kita pilih sebagai istri adalah
wanita shalihah, wanita yang merupakan perhiasan terindah di dunia,
sebagaimana sabda Nabi shalallahu alaihi wasallam. ” Ahmad melanjutkan
perkataannya.
”Menurutku wanita yang shalihah adalah
wanita yang rajin beribadah, rajin shalat sunnah, puasa sunnah, ” Hamid
menjelaskan pendapatnya.
”Engkau benar Hamid, itu adalah salah
satu ciri wanita shalelah, tapi untuk menjadi istri shalelah tidak cukup
hanya rajin ibadah, tapi harus shalehah dalam hal-hal yang lain, ” Kata
Ahmad.
”Maksudmu ?” Hamid meminta penjelasan.
Ahmad menjelaskan panjang lebar tentang istri shalehah, ia berkata, ”
Wanita shalehah adalah wanita yang baik agamanya dan kebaikan agama
seorang istri tidak saja pada rajin ibadahnya, karena rajin ibadah
adalah kebaikan agama dalam hubungan dia sebagai seorang hamba di
hadapan Rabb-nya. Kebaikan agama juga dilihat dari sisi lain, bagaimana
hubungan dia terhadap suaminya, dengan anak-anaknya, dengan tetangganya
?”
”Istri
shalehah adalah yang melaksanakan kewajibannya dalam beribadah kepada
Allah Ta’ala, menjadi istri yang baik dalam hubungan dengan suaminya,
bisa mengatur rumah tangga dengan baik, kalau masak tidak lupa kepada
tetangganya. “
”Apakah ada wanita sempurna seperti itu,
kalau kita cari yang seperti itu, bisa-bisa kita tidak dapat jodoh
dong. ” Hamid mengkritisi.
”Bukan begitu kawanku, memang tidak ada
wanita yang sempurna dalam segala sisi, sebagaimana kita kaum laki-laki
tidak ada yang sempurna pula, tapi setidak-tidaknya seorang istri
memiliki kemampuan dasar untuk itu. Sebagai contoh, ia melaksanakan
ibadah-ibdah yang wajib, bisa masak walaupun tidak seenak di restauran,
bisa sedikit berdandan walaupun tak sehebat di salon, bisa mengurus
anak, kalau masak sekali2 memberikan kepada tetangga.” Ahmad berbicara laksana seorang ustadz di atas mimbar.
”Istri yang
rajin shalat malam dan puasa sunnah, tapi lupa bahwa suaminya butuh
ibadah juga, tidak bisa dikatakan istri shalehah. Rajin mengaji dan baca
buku agama, tapi masak nasi berasnya masih mentah, ganti popok bayi
tidak bisa, tidak bisa dikatakan sebagai istri shalehah. Karena dia
hanya shalehah sebagai hamba Allah di hadapan Tuhan-nya, tapi tidak
shalehah sebagai istri atau sebagai ibu “. Hamid ikut berceramah.
”Ahmad, dari mana kamu dapatkan semua penjelasan itu ?” Hamid kembali bertanya.
” Loh, ya dari buku yang kau baca tadi, “Bidadari Dunia”. Tadi aku lihat kamu juga membaca buku itu. “
”Ahmad, aku memang membaca… baru bab
pertama yang menceritakan bidadari Surga dan menjelaskan bahwa wanita
shalehah akan menjadi lebih baik dan lebih cantik dari bidadari di
Surga. Setelah itu….”
”Setelah itu, apa ?”
Sambil garuk-garuk kepala Hamid berkata, ” Aku memikirkan, kapankah si
sholehah itu duduk di sampingku, dan bukan temanku si Ahmad lagi yang
ada di sisiku.”
Sumber: http://bahterailmu.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar