Adalah fitrah manusia bahwa dia akan lebih mudah mendengar pendapat
tentang sesuatu dari orang-orang yang sama atau sebangsa daripada
mendengar dari orang lain.
Dan terkait dengan Rasulullah saw orang-orang non-Muslim akan lebih
terpengaruh oleh pendapat bangsa mereka sendiri dari pada harus
mendengar tentang Rasulullah s.a.w. dari seorang Islam.
Oleh sebab itu sudut pandang tentang sirah Rasulullah s.a.w. yang
ditulis oleh cendekiawan atau para penulis yang terkenal dari bangsa
mereka sendiri harus diperdengarkan langsung kepada mereka.
Pada hari ini saya akan membacakan Sirah Rasulullah s.a.w. yang disusun
oleh orang-orang Barat yang terkesan oleh Sirah atau kepribadian
Rasulullah s.a.w.. Diantara mereka memang merupakan musuh Islam dan giat
memusuhi Islam namun mereka telah menulis dengan jujur tentang sirah
Rasulullah s.a.w..
1. George Sale dan Spanhemius (Kejujuran Penentang Islam Tentang Muhammad SAW)
George Sale, seorang penulis yang menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Inggris telah menulis di bukunya ‘The Koran’ di bagian ‘The Reader’.
Begitu pula seorang penulis bernama Spanhemius. Ia juga seorang penentang Islam. Tapi ia menulis :
”Muhammad [s.a.w.] memiliki kemampuan fitrati
yang sangat luhur, sangat rupawan, cerdas dan berpandangan jauh ke
depan, sangat disegani dan pencinta serta pelindung orang-orang miskin.
Dalam menghadapi musuh selalu berada di garis depan dengan gagah
berani. Yang sangat menonjol adalah beliau sangat menjunjung tinggi,
sangat menghormati dan mencintai Tuhannya. Membenci orang-orang
pendusta, pelaku maksiat, orang-orang pelaku ghibat dan pelaku sumpah
dusta, pemboros, serakah dan sangat keras menentang pelanggar hukum dan
pemberi kesaksian dusta. Sangat tegas mengajar kejujuran, dermawan,
kasih-sayang, rasa syukur, menghormati orang tua dan para leluhur, dan
sangat sibuk dalam memuji keagungan Tuhan.” [1]
Semua orang yang menulis ini (sekalipun telah menyatakan pujian-pujian
yang sangat baik), di tempat lainnya juga melemparkan tuduhan-tuduhan
yang tidak wajar kepada Rasulullah s.a.w..
2. Stanley Lane-Poole
Stanley Lane-Poole telah menulis:
"Beliau memaafkan orang-orang Qurays untuk
tahun-tahun kesedihan dan cemoohan kejam yang telah ditimpakan mereka
kepada beliau, dan memberikan pengampunan kepada seluruh penduduk
Mekkah.. Dengan demikian Muhammad [saw] kembali memasuki kota
kelahirannya. Dari semua sejarah penaklukan tidak ada kemenangan yang
sebanding dengan yang satu ini." [2]
3. H. G Wells
Seorang penulis sejarah (sejarawan) telah menulis dalam bukunya yang berjudul ‘Outline of History’:
"Sebuah bukti kebenaran yang besar tentang
Nabi ini adalah bahwa orang yang paling banyak mengetahui tentang
pribadi beliau-lah yang pertama beriman kepada beliau… Muhammad [s.a.w.]
sekali-kali bukanlah seorang pendusta… Dan hakikat ini tidak dapat
dibantah bahwa dalam dalam Islam terdapat banyak sekali kelebihan dan
keistimewaan dan memiliki banyak sekali sifat yang agung…. Nabi Islam
ini telah meletakkan asas kemasyarakatan dimana kezaliman dan kekejaman
telah dihapuskan.” [3]
4. De Lace O’Leary
Dalam bukunya ‘Islam at the Cross roads’ (Islam di Persimpangan-Persimpangan Jalan) menulis:
“Sejarah telah dengan terbuka menyatakan
bahwa bagi para ahli sejarah adanya kisah yang menyebut kaum Muslimin
demikian menyukai kekerasan lalu mendapatkan kemenangan serta memaksakan
Islam diantara bangsa-bangsa dengan pedang merupakan sebuah kisah aneh
dan mengherankan.” [4]
Demikianlah yang ditulis oleh para sejarawan, bahwa kemenangan dengan pedang adalah mustahil. Ini cerita yang aneh.
5. Mahatma Gandi
Mahatma Gandi di dalam suratkabar ‘Young India’ menulis:
"Saya ingin sekali mengetahui segala sesuatu
mengenai manusia itu yang telah memerintah jutaan orang tanpa
penentangan. Setelah mempelajari kehidupannya, bertambahlah saya yakin
bahwa di zaman itu Islam telah memenangkan hati orang-orang tidak dengan
pedang, akan tetapi dengan kesederhanaan sang Rasul itu, beliau biasa
bekerja dengan riang gembira, sangat teguh dan teliti dalam memenuhi
janji, sangat erat hubungannya dengan sahabat dan pengikutnya, pemberani
dan sangat meyakini sempurnanya misinya, inilah hal-hal yang membuat
beliau dapat menyingkirkan semua kesulitan dan semua orang menyertainya.
Ketika saya telah menyelesaikan bab kedua membaca buku mengenai
perjalanan hidup Rasul ini, saya pun menjadi demikian bersedih
dikarenakan telah tamatnya buku itu." [5]
6. Letnan Jenderal Sir John Bagot Glubb yang wafat pada tahun 1986 menulis:
“Pendapat apapun yang dikemukakan oleh
pembaca buku (yang ditulis oleh beliau) tidak dapat diingkari bahwa
Muhammad [s.a.w.] mempunyai persamaan pengalaman rohaniah dengan para
leluhur dan orang-orang suci Kristen yang sangat mengherankan telah
tercatat dalam Kitab Perjanjian lama dan Kitab Perjanjian baru."
"Boleh jadi mempunyai persamaan dengan para
leluhur dan orang-orang suci penerima wahyu dan kasyaf dari agama Hindu
dan Agama-agama lainnya juga. Lagi pula, pengalaman seperti itu
merupakan tanda bagi permulaan kehidupan orang-orang suci dan mulia.
Menganggap peristiwa-peristiwa seperti itu sebagai penipuan diri sendiri
nampaknya sebuah penilaian yang tidak patut, sebab banyak sekali
pengalaman seperti itu dialami oleh orang-orang suci yang sudah lampau
yang telah beribu tahun lamanya dan ribuan mil jauhnya yang tidak pernah
diketahui atau pernah didengar oleh satu sama lain. Namun, sekalipun
demikian, dalam peristiwa-peristiwa itu terdapat persamaan satu sama
lain yang luar biasa. Sebuah pendapat tidak masuk akal apabila persamaan
semua ru’ya atau kasyaf yang sangat mengherankan itu dianggap telah
dibuat-buat oleh diri mereka sendiri. Sekalipun mereka saling tidak
mengenal satu sama lain.” [6]
Selanjutnya dia telah menulis tentang orang-orang Muslim awalin yang ke hijrah ke Abessinia katanya:
“Dari daftar dapat diketahui bahwa semua
orang yang telah masuk Islam pergi ke Abyssinia dan Muhammad [s.a.w.]
tentu tinggal bersama dengan hanya beberapa orang pengikut saja di
tengah-tengah masyarakat Mekkah yang sedang keras memusuhi beliau. Dari
keadaan demikian membuktikan bahwa beliau [s.a.w.] memiliki standar
tinggi dalam hal akhlak, keberanian serta keyakinan yang sangat
tangguh.”
7. John William Draper
John William Draper di dalam bukunya ‘History of The Intelectual Development of Europe’ menulis:
“Empat tahun setelah kematian Justinian, A.D.
569 di Mekkah Arabia, telah lahir seorang yang telah meninggalkan banyak
sekali kesan agung terhadap manusia dan dia adalah Muhammad [s.a.w.],
yang kebanyakan orang-orang Eropa menganggapnya ‘pendusta’. .. Akan
tetapi beliau memiliki kelebihan dan keistimewaan yang telah menentukan
perjalanan nasib berbagai bangsa. Beliau seorang prajurit yang
bertabligh, mempunyai kefasihan berbicara sangat tinggi dan gagah berani
di medan peperangan. Agama beliau hanyalah “Tuhan adalah Tunggal”
(Ikhtisar agama hanya satu yaitu Tuhan itu Satu)… Untuk menjelaskan
kebenaran ini, beliau tidak membahas dengan lisan saja, namun beliau
membuat masyarakat Islam lebih baik dengan mengajar para pengikutnya
dalam praktik tentang kebersihan, rajin menunaikan shalat, melaksanakan
puasa dan amal-amal saleh lainnya. Beliau mengutamakan derma diatas
perkara-perkara lainnya.” [7]
8. William Montgomery
Seorang Orientalis telah menulis didalam sebuah bukunya ‘Muhammad at Medina’:
“Lebih banyak merenungkan Sirat Muhammad
[s.a.w.] dan Tarikh awal permulan Islam, manusia akan merasa lebih kagum
dan heran menyaksikan kemenangan dan kemajuan sangat luas yang telah
diraih oleh beliau. Situasi seperti pada waktu itu telah dijumpai oleh
beliau yang sangat jarang sekali dijumpai oleh orang-orang lain,
sehingga beliau seorang insan yang sangat cocok dan sesuai sekali dengan
keadaan zaman pada waktu itu. Jika beliau tidak mempunyai pandangan
jauh ke depan, sebagai negarawan, tidak mempunyai kemampuan yang
istimewa untuk menjalankan pemerintahan, tidak tawakkal kepada Allah dan
tidak yakin sepenuhnya bahwa Allah Ta’ala telah mengutus beliau
[s.a.w.] maka kisah kehidupan beliau yang sangat penting dan patut
dikenang itu akan terlupakan oleh Tarikh."
"Saya sangat berharap semoga hasil penelitian
riwayat hidup beliau yang saya susun ini akan menolong dan menambah
segar dalam memberikan penilaian dan penghargaan terhadap salah seorang
Bani Adam yang sangat agung dan sangat mulia ini.” [8]
Perlu diketahui bahwa kesaksian mengenai Nabi [s.a.w.] ini diberikan oleh seorang yang tidak pernah melihat sendiri Nabi s.a.w..
9. Reginald Bosworth Smith
Selanjutnya, sejarawan Kristen terkenal, Reginald Bosworth Smith, telah menulis:
“Sebagai Pemimpin agama dan negara, dan
berkualitas sebagai Governor (bakat dan kemampuan memerintah), dan dua
kepribadian Raja dan Kaisar telah terkumpul dalam satu pribadi Muhammad
[s.a.w.]. Beliau seorang Pope (Paus) tapi tanpa kebesaran sebagai Pope,
beliau seorang Kaisar namun tanpa pasukan kebesaran Kaisar. Jika di
dunia ada orang yang berhak berkata bahwa tanpa pasukan tentara pengawal
kebesaran, tanpa pasukan Pengawal Istana dan tanpa pengawal pribadi,
hanya atas nama Allah Ta’ala menegakkan keamanan dan kedamaian di atas
dunia, maka tiada lain orang itu hanyalah Muhammad [s.a.w.]. Beliau
memperoleh semua kekuatan tanpa dukungan siapapun.” [9]
Selanjutnya R. Bosworth Smith menulis dalam bukunya ‘Muhammad and Muhammadanism’:
“Orang-orang yang mula-mula sekali menerima misi
beliau adalah orang-orang yang betul-betul tahu pribadi beliau
[s.a.w.], misalnya istri beliau, hamba sahaya beliau, saudara sepupu
beliau dan sahabat beliau sejak lama. Tentang mana [] Muhammad [s.a.w.]
sendiri berkata, ‘Diantara orang-orang yang mula-mula masuk Islam adalah
manusia-manusia nomor satu yang tidak pernah mundur dalam menghadapi
setiap jenis rintangan dan tidak pernah menyatakan gelisah.’ Seperti
utusan-utusan Tuhan lainnya, takdir [] Muhammad [s.a.w.] tidaklah kecil
[biasa saja], sebab, yang menolak keagungan beliau hanyalah orang-orang
yang tidak mempunyai pengetahuan yang benar tentang jati diri beliau
s.a.w..” [10]
Selanjutnya Bosworth juga menulis:
“Muhammad [s.a.w.] bukan hanya melarang adat
kebiasaan terlarang saja bahkan beliau menghapuskannya secara total.
Seperti kebiasaan orang mengorbankan anak kecil yang disayanginya dengan
membunuhnya, permusuhan berdarah, mengawini sejumlah perempuan tanpa
batas, penganiayaan terhadap para sahaya yang tidak kenal henti, minum
arak dan judi. (Jika beliau tidak bertindak demikian) maka adat
kebiasaan buruk ini akan terus merebak tanpa mengenal berhenti sampai ke
wilayah-wilayah Arab dan negara-negara sekitarnya.. (dan beliau telah
mengakhiri semua.)” [11]
Selanjutnya ia menulis:
“Muhammad [s.a.w.] dalam kebaikan maksud
dan tujuannya dan dalam semua kebaikan-kebaikannya mempunyai dasar iman
yang sangat mendalam. Apa yang beliau kerjakan, orang lain tidak dapat
melakukannya tanpa memiliki keyakinan yang sedalam-dalamnya.” (Yakni,
keimanan dan keyakinan beliau yang besar atas kebenaran dakwah beliau
dan pengutusan beliau dari Allah Ta’ala-lah yang membuat perubahan ini
dapat terjadi.). [12]
“Setiap peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan beliau, menguatkan bukti bahwa beliau adalah seorang insan
pecinta kebenaran, gelora semangat untuk berkarya (beramal) sambil
bertahan dengan tabah dan sabar menghadapi berbagai macam kesulitan dan
kesusahan yang akhirnya secara setapak demi setapak sampai ke
tujuannya.” [13]
Selanjutnya ia menulis:
“Perkataan bahwa bangsa Arab di waktu itu
memerlukan inqilaab (revolusi) atau dalam kata lain waktu untuk
kedatangan seorang Rasul baru sudah tiba, jika memang demikian maka
Muhammad-lah orangnya. Para penulis zaman sekarang yang mengemukakan
pendapat tentang itu Springer telah membuktikan bahwa kedatangan
Muhammad [S.a.w.] adalah sesuai dengan yang ditunggu-tunggu
bertahun-tahun lamanya dan telah dinubuatkan juga.” [14]
Selanjutnya Bosworth Smith menjelaskan:
“Secara keseluruhan saya tidak merasa
heran apabila terjadi banyak perubahan terhadap Muhammad [s.a.w.]
disebabkan timbul berbagai macam keadaan, namun yang menakjubkan saya
adalah keadaan kepribadian beliau sangat sedikit mengalami perubahan
sekalipun dirundung dengan terjadinya berbagai macam peristiwa, sebagai
penggembala kambing di belantara padang pasir, sebagai pedagang ke
negeri Syam, pengalaman di hari-hari bersemedi (bertahannuts) di Gua
Hira, sebagai Muslih (reformer) sebuah Jemaat minoritas ketika berada di
Mekkah, di masa-masa pengasingan di Medinah, sebagai Pemenang yang
gemilang, memiliki kedudukan sederajat dengan Kaisar dan Kisra Iran,
kita dapat menyaksikan keteguhan hati dan ketabahan beliau [s.a.w.]
berjalan secara konstan (tetap teguh). Keadaan luar Muhammad [s.a.w.]
mengalami perubahan-perubahan namun keagungan pribadi dan akhlaki beliau
sedikitpun tidak mengalami perubahan. Saya tidak yakin jika orang lain
akan mampu menghadapi keadaan luar yang banyak sekali mengalami beraneka
macam perubahan.” [15]
10. Washington Irving
Washington Irving dalam bukunya ‘Life of Muhammad’ menulis:
“Dalam meraih kemenangan-kemenangan di
waktu peperangan beliau [s.a.w.] tidak pernah menunjukkan kebanggaan,
tidak pernah takabbur dan tidak pernah menunjukkan suatu kebesaran atau
kemegahan. Jika dalam kemenangan itu ada unsur tujuan pribadi maka pasti
beliau berlaku seperti itu. Di waktu memegang kekuasaan yang cemerlang
pun beliau bersikap sederhana dan merendahkan diri sekalipun beliau
dalam keadaan yang sangat sulit sehingga dalam kehidupan sebagai raja
pun jika seseorang masuk kedalam ruangan rumah beliau dan melakukan
penghormatan yang tidak perlu, beliau menyatakan tidak senang
terhadapnya.” [16]
11. Sir William Muir
Disamping seorang Orientalis, ia juga adalah seorang yang cukup menentang [Islam], beliau pun telah menulis:
“Beliau menyempurnakan tiap-tiap pekerjaan
beliau sendiri, dan kebiasaan beliau adalah tidak menjangkau apa-apa
jika tidak betul-betul ada di hadapan beliau. Begitu juga kebiasaan
beliau dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat apabila beliau sedang
bercakap dengan seseorang sambil menatap mukanya maka beliau tidak
menghadap kepadanya dengan separuh muka melainkan dengan sepenuh muka
dan badan menghadap kepadanya dan dengan sikap yang serius kepadanya. Di
waktu berjabat tangan beliau tidak melepaskan tangan sebelum orang lain
melepaskan tangan beliau. Begitu juga bila beliau bercakap-cakap dengan
orang yang asing tidak meninggalkannya di tengah percakapan dan tidak
pula memalingkan telinga darinya.Beliau menjalani kehidupan dengan penuh
kesederhanaan. Kebiasaan beliau adalah setiap memerlukan sesuatu,
beliau lakukan dengan tangan beliau sendiri. Apabila memberi sedekah
beliau berikan dengan tangan sendiri langsung kepada pengemis. Beliau
membantu istri-istri beliau dalam pekerjaan rumah tangga... Para
delegasi dan tamu-tamu yang datang dari luar daerah beliau sambut dengan
ramah-tamah dan muka ceria sambil mengucapkan selamat datang kepada
mereka dengan penuh hormat dan mesra. Beliau sangat mudah dihubungi
laksana air sungai mengalir menuju tepi. Dalam menyambut kedatangan para
delegasi dan dalam memecahkan perkara-perkara pemerintahan lainnya
dapat dibuktikan dari Sejarah bahwa dalam diri Muhammad [s.a.w.]
tersimpul semua kemampuan dan kebijaksanaan yang sempurna. Dari semua
perkara yang mengherankan adalah beliau tidak dapat menulis.”
Selanjutnya, inilah tulisan William Muir:
“Yang mengherankan lagi, Muhammad [s.a.w.]
mempunyai kesopanan dan pertimbangan akhlak yang luhur sekalipun
terhadap pengikut yang dianggap rendah dan tidak begitu penting.
Kerendahan hati, kebaikan, kesabaran, pengorbanan diri dan kemurahan
menghiasi keindahan prilakunya dan menciptakan kecintaan dalam hati
orang-orang di sekelilingnya. Beliau tidak suka menolak dengan
mengeluarkan perkataan ‘tidak.’ Jika beliau tidak bisa memenuhi
permintaan seseorang dengan jawaban yang positif beliau memilih sikap
diam. Beliau tidak pernah menolak undangan sekalipun dari orang yang
sangat miskin sekali. Dan beliau tidak pernah menolak hadiah sekecil
apapun dari para sahabat beliau. Yang sangat menakjubkan lagi adalah
apabila beliau berada di tengah-tengah suatu pertemuan setiap orang
menganggap beliau tamu yang paling penting dan paling utama."
"Apabila beliau menjumpai seseorang telah
meraih suatu kejayaan maka beliau dengan hangat menyambut sambil
menjabat tangannya dan merangkulnya. Beliau dengan lemah lembut
menyatakan rasa simpati terhadap orang-orang yang lemah dan miskin.
Beliau berlaku sangat kasih sayang terhadap anak-anak kecil yang kerap
kali mengerumuni beliau. Tanpa merasa enggan beliau mengucapkan salam
terhadap anak-anak yang sedang bermain-main di tepi jalan. Di musim
paceklik dimana banyak orang kelaparan beliau mengajak orang-orang makan
bersama dan beliau selalu berusaha mencari kemudahan bagi orang lain.
Kebaikan, kedermawanan dan kelemahlembutan tabiat beliau menembus dan
menghiasi semua akhlak karimah beliau.
Muhammad [s.a.w.] seorang kawan yang
sangat setia. Beliau mencintai Abu Bakar lebih dari mencintai saudara
sendiri. Kasih sayang terhadap Ali seperti saudara kandung sendiri. Zaid
seorang sahaya beragama Kristen begitu lekat mencintai Muhammad
[s.a.w.] sehingga ia enggan kembali kepada ibunya yang sedang sakit dan
merindukannya dan memilih tinggal di Mekkah bersama beliau [s.a.w.].
Sambil melekatkan diri kepada Muhammad [s.a.w.] Zaid berkata: ‘Saya
tidak akan meninggalkan engkau! Engkaulah ibu dan bapak saya!’
Persahabatan Muhammad berakhir sampai Zaid meninggal dunia, dan anaknya,
Usamah diperlakukan secara istimewa oleh Muhammad [s.a.w.] demi
menghormati ayahnya."
"Utsman dan Umar juga mempunyai hubungan
yang istimewa dengan Muhammad [s.a.w.]. Di waktu Bai’at Ridwan di
Hudaibyah demi keselamatan menantu yang istimewa itu beliau bertekad
untuk menyerahkan jiwa-raga beliau sebagai bukti hubungan persahabatan
yang sangat kuat dan erat sekali. Masih banyak lagi contoh kecintaan
Muhammad tanpa ragu terhadap para sahabat beliau. Kecintaan beliau
kepada siapapun, tidak syak lagi, sungguh pada tempatnya, dan kecintaan
yang hangat dan sangat mendebarkan hati sungguh menjadi teladan bagi
semua.”
Selanjutnya ia menulis:
“Di kala kekuatan dan kekuasaan sudah
sampai ke puncaknya juga Muhammad [s.a.w.] tetap adil dan sederhana.
Perlakuan lemah lembut terhadap musuh-musuh juga beliau tidak
menguranginya sedikitpun, sehingga merekapun dengan senang hati menerima
da’wa beliau."
"Kejahatan dan penganiayaan penduduk
Mekkah secara terus-menerus terhadap beliau sampai waktu yang sangat
panjang, diwaktu terjadi Fatah Mekkah menghendaki agar pembalasan
terhadap mereka secara berdarah berhak dilakukan. Akan tetapi selain
beberapa pelaku kejahatan beserta semua penduduk Mekkah telah dimaafkan
oleh Muhammad [s.a.w.]. Dan semua kejahatan yang telah berlaku terhadap
beliau dimasa lampau telah dilupakannya. Sekalipun pelaku-pelaku
penghinaan, caci maki dan pengkhianatan itu bahkan orang yang sangat
keras memusuhi beliau juga telah diperlakukan dengan pertimbangan yang
sangat baik.
Di Madinah, Abdullah bin Ubay bersama
rekan-rekanya yang munafik yang selama bertahun-tahun melakukan
pelanggaran dan hambatan-hambatan terhadap kegiatan Missi beliau dan
selalu melukai perasaan hati beliau [s.a.w.], memberi ma’af kepada
mereka juga merupakan teladan cemerlang yang patut ditiru."
"Begitu juga perlakuan lemah-lembut
terhadap Kabilah-kabilah yang melakukan permusuhan keras dihadapan
beliau dan sebelum terjadi Fatah Mekkah juga melakukan perlawanan yang
sangat keras, terhadap mereka juga beliau berlaku sangat lunak.” [17]
Meskipun ia menulis di beberapa tempat yang menentang Al-Qur'an dll, di sini ia menulis:
"Untuk kebenaran Muhammad
[s.a.w.] ada satu tanda pendukung kebenaran yang sangat kuat yaitu
siapapun yang beriman dan masuk Islam pada awal permulaan da’wa beliau,
mereka itu orang-orang yang memiliki perangai dan prilaku yang bermutu
tinggi. Bahkan kawan-kawan dekat dan kaum keluarga beliau juga, yang
betul-betul mengetahui seluk-beluk kehidupan beliau [s.a.w.], mereka
tidak dapat melihat sedikit pun suatu kelemahan beliau seperti yang
biasa dilakukan orang munafik, dimana gerak-gerik dan perangai di luar
berlainan dengan yang diperbuat di dalam rumah tangga sendiri.” [18]
12. Sir Thomas Carlyle
Sir Thomas Carlyle menulis mengenai keadaan ummi beliau s.a.w.:
“Satu perkara yang tidak dapat dilupakan
bahwa beliau tidak menerima pendidikan sekolah apapun. Sekalipun di
sebuah sekolah yang disebut ‘school-learning’ pun beliau tidak pernah
belajar. Kebudayaan menulis bagi Bangsa Arab adalah hal baru [kemudian].
Pendapat yang mengatakan bahwa Muhammad [s.a.w.] tidak pernah bisa
menulis, adalah benar. Pendidikan beliau berlaku di sekitar pengalaman
lingkungan padang Sahara dan bukit-bukit pegunungan tandus. Dengan
sarana dunia terbatas, dari tempat yang gelap, dengan daya kekuatan mata
dan daya pikir sendiri apa yang dapat diperolehnya? Lebih mengherankan
lagi, apabila kita memikirkan hal itu, buku-buku pun tidak ada di sana.
Di padang Sahara Arab yang sunyi senyap, seseorang tidak dapat
mengetahui suatu ilmu apapun kecuali dengan tutur tinular (pembicaraan
dari mulut ke mulut, dari satu keturunan ke keturunan selanjutnya) dan
apa-apa yang dapat disaksikan oleh kedua matanya sendiri.
Perkataan-perkataan hikmah kebijaksanaan yang sudah ada sebelum beliau
atau yang suduh ada di daerah Arab yang lain, disebabkan tidak ada
sarana untuk menyampaikannya kepada beliau, hal itu bagi beliau sama
saja dengan tidak ada sama sekali. Dengan demikian manusia yang sangat
agung ini tidak pernah mengadakan wawan-cakap langsung dengan penguasa
atau pun ulama. Beliau tinggal seorang diri bersama alam di
tengah-tengah Gurun Sahara tandus, dan alam dan poros pemikiran beliau
terus dalam keadaan demikian.” [19]
Selanjutnya ia menulis mengenai pernikahan beliau dan hubungan rumahtangga beliau:
“Bagaimana beliau menjadi teman hidup
Khadijah (r.a.)? Bagaimana beliau menjadi pelaksana bisnis seorang janda
kaya raya, kemudian berjalan jauh memburu pasar-pasar di Negeri Syam
(Suriah)? Bagaimana beliau melakukan itu semua? Setiap orang tahu betul
bahwa beliau lakukan itu semua dengan sangat jujur dan ketangkasan serta
kepakaran yang luar biasa. Mengapa timbul rasa hormat dan syukur dalam
hati Khadijah (r.a.) kepada beliau? Kisah perkawinan mereka, sebagaimana
para penulis Arab telah menguraikannya, adalah sangat mengesankan hati
dan layak untuk diketahui. Umur Muhammad [s.a.w.] pada waktu itu 25
tahun sedangkan Khadijah 40 tahun. Dapat diketahui bahwa kehidupannya
dengan wanita yang baik hati itu sangat bahagia, tenteram dan penuh
kasih sayang satu sama lain. Beliau sangat mencintai Khadijah dengan
kecintaan yang hakiki dan telah menjadi buah hati beliau sendiri. Beliau
tidak mungkin disebut Nabi palsu sebab sepanjang kehidupan beliau
sedikitpun tidak ada suatu yang mengundang kritik. Sepanjang kehidupan
beliau sangat tenang dan tenteram, hingga masa muda beliau berlalu.” [20]
Selanjutnya Thomas Carlyle menulis:
“Perkara yang masyhur di kalangan kita
orang-orang Kristen masa kini menuduh Muhammad [s.a.w.] seorang Nabi
palsu dan pendusta. Agamanya semata-mata khayalan belaka dan palsu penuh
dusta. Sekarang semua anggapan dan tuduhan orang-orang itu telah
terbukti salah. Kata-kata dusta orang-orang Kristen yang penuh kebencian
ditujukan terhadap Muhammad [s.a.w.], sekarang tuduhan itu betul-betul
telah membuat noda hitam terhadap diri kita sendiri (Kristen). Dan
Bahasa yang keluar dari mulut orang ini (Muhammad s.a.w.) telah menjadi
sarana hidayah (petunjuk) bagi 180 juta manusia sejak 1200 tahun yang
lalu. (Hal ini disampaikan pada di abad 19) Pada zaman sekarang ini
tidak ada satu pun manusia yang perkataannya dipercayai orang lain
melebihi ia [Nabi s.a.w.] yang dipercayai dan diimani oleh para
pengikutnya. Menurut saya tidak ada yang lebih buruk dari pada tuduhan,
bahwa orang ini telah menyebarkan agama dusta.” (Dengan kata lain ini adalah pandangan yang sama sekali tidak benar.). [21]
13. Alphonse de Lamartine
Seorang Filosof Prancis bernama Lamartime telah menulis dalam bukunya bernama ‘History of Turkey’ (Sejarah Turki) sebagai berikut:
“Jika untuk mengukur kepandaian seseorang
ditetapkan tiga kriteria yaitu pertama, sejauh mana keagungan maksud dan
tujuannya [cita-citanya], kedua, terbatasnya sarana yang dia miliki,
ketiga, hasilnya yang agung. Maka sekarang di zaman modern ini siapakah
yang dapat menandingi Muhammad [s.a.w.] dalam ketiga hal tersebut?
Manusia berjiwa global yang hanya dengan beberapa gelintir pasukan
tentara telah mengalahkan sejumlah kerajaan dan pemerintahan besar-besar
yang telah menegakkan undang-undang pemerintahan duniawi namun telah
porak poranda menghadapi pasukan tentera beliau. Akan tetapi Muhammad
[s.a.w.] bukan hanya bala tentara dunia, semua undang-undang
pemerintahan, negara-negara, berbagai macam bangsa dan suku-suku
bangsa, melainkan semua penduduk dunia telah dihimpun olehnya menjadi
satu. Selain dari itu beliau telah mengadakan reformasi tempat-tempat
berkorban, ketuhanan, agama, itikad-itikad, pikiran-pikiran dan spirit
manusia.Dasar hukum Muhammad [s.a.w.] hanya sebuah Kitab yang setiap
hurufnya menjadi undang-undang. Orang itu menjadikan setiap pengguna
bahasa dan setiap Bangsa sebagai satu kepribadian rohaniah.” [22]
Selanjutnya Lamartime, filosof Prancis ini menulis:
“Muhammad [s.a.w.] seorang filosof,
orator, utusan Tuhan, pakar hukum, panglima perang, juara diatas semua
ahli pikir, pembaharu ajaran-ajaran rasional, penegak berpuluh-puluh
macam pemerintahan menjadi satu pemerintahan. Sekarang cobalah,
tentukanlah seorang pakar kemanusiaan untuk menilai dapatkah ia
menemukan seorang manusia telah lahir di dunia lebih agung dari Muhammad
[s.a.w.]?” [23]
14. John Devonport
John Devonport menulis:
“Apakah mungkin, jika kita pikir, orang
ini (Muhammad s.a.w.), seorang reformer agung terhadap orang-orang
musyrik di negerinya yakni para penduduk Arab yang secara keseluruhan
terbenam ratusan tahun menyembah berhala-berhala memperbaiki menjadi
penyembah Tuhan Yang Tunggal kemudian merombak mereka menjadi
manusia-manusia Ilahi yang taat, kita menganggapnya sebagai Nabi palsu
dan dusta? Dapatkah kita mengira semua misinya itu perbuatan makar yang
dibuat-buat oleh nafsunya sendiri? Sekali-kali tidak! tanpa ragu sedikit
pun Muhammad [s.a.w.] berjuang dengan gigih semenjak wahyu Ilahi
pertama turun sampai akhir hayat beliau tiada lain sebabnya selain
karena niat baik dan sifat jujur dapat dipercaya dan disebabkan demikian
teguh kokohnya diri beliau. Orang-orang yang selalu dekat dengan beliau
dan yang selalu mengadakan hubungan erat dengan beliau tidak pernah
melihat adanya sifat pamer pada pribadi beliau.” [24]
Selanjutnya ia menulis:
“Dengan penuh yakin secara sempurna dapat
dikatakan bahwa jika putra-putra mahkota Barat menjadi Penguasa di Asia
pengganti mujahidin Muslim dan Penguasa Bangsa Turki, mereka tidak akan
dapat berlaku toleran terhadap orang-orang Muslim seperti orang-orang
Muslim melakukannya terhadap orang-orang Kristen. Sebab, orang-orang non
Kristen dijadikan oleh mereka target penganiayaan dengan kezaliman dan
kefanatikan yang memuncak disebabkan perbedaan-perbedaan agama.” [25]
Selanjutnya John Devenport menulis:
"Tidak ragu-ragu lagi bahwa diantara semua
orang yang sangat adil dan berjaya tidak ada seorangpun mempunyai
riwayat hidup seperti yang dimilki oleh Muhammad [s.a.w.] yang sangat
rinci dan betul-betul asli dan bersih.” [26]
15. Michael Hart
Dalam bukunya bertajuk ‘The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History’ menulis:
“Jatuhnya pilihan saya kepada Muhammad
[s.a.w.] dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di
dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya
sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah
Muhammad [s.a.w.] satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil
meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun
ruang lingkup duniawi." [27]
Apakah pengaruh Muhammad [s.a.w.] yang paling mendasar terhadap sejarah
ummat manusia ? Seperti halnya lain-lain agama juga, Islam punya
pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya. Itu sebabnya
mengapa penyebar-penyebar agama besar di dunia semua dapat tempat dalam
buku ini.
Ia menulis:
“Jika diukur dari jumlah, banyaknya
pemeluk Agama Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Agama Islam
[pada waktu buku itu ditulis], dengan sendirinya timbul tanda tanya apa
alasan menempatkan urutan Muhammad [s.a.w.] lebih tinggi dari Nabi Isa
dalam daftar."
“Akan tetapi saya mempunyai dua alasan
penting dibalik keputusan saya itu. Pertama, Muhammad [s.a.w.] memainkan
peranan jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan
Nabi Isa terhadap Agama Nasrani.. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab
terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Kristen, (yakni, sampai
batas tertentu Kristen berbeda dengan Yahudiyyat/Yudaisme), Saint Paul
(Santo Paulus) memegang peran utama dalam mengembangkan teologi atau
ilmu ketuhanan dan pembuat dasar baru penyebaran agama Kristen serta
penulis utama sebagian besar Kitab Perjanjian Baru."
Kemudian ditulis:
“Sebaliknya dalam Agama Islam, yang
bertanggung jawab terhadap semua kaidah akhlaki dan asas-asas pendidikan
agama adalah Muhammad [s.a.w.]. Muhammad [s.a.w.] sendiri yang telah
memberi bentuk terhadap seluk-beluk agama baru ini, dan beliau menjadi
perancang dan pembangun dalam pendidikan serta pengajaran agama Islam."
“Selain dari itu, Kitab Suci orang-orang
Muslim yakni Al-Qur’an yang ditulis oleh Muhammad menjadi bukti visi
intuisinya [s.a.w.]”. (yakni penentang yang ini, ia menulis demikian) ia
menulis, “Yang mengenainya beliau (yakni s.a.w.) berkata, ia
[Al-Qur’an] dari Allah Ta`ala, diwahyukan kepadanya. Sebagian terbesar
dari wahyu ini dihimpun [dihapal, disalin, ditulis] dengan penuh
kesungguhan selama Muhammad [s.a.w.] masih hidup dan kemudian tak lama
sesudah dia wafat dihimpun secara keseluruhan dan terlindungi [tak
tergoyahkan]. Al-Quran dengan demikian berkaitan erat dengan
pandangan-pandangan Muhammad [s.a.w.] serta ajaran-ajarannya, dan dengan
demikian, dari beberapa segi, Al-Qur’an itu adalah perkataan beliau.
Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dari
ajaran-ajaran Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. Karena
Al-Quran bagi kaum Muslimin sedikit banyak sama pentingnya dengan Injil
bagi kaum Nasrani, pengaruh Muhammad [s.a.w.] dengan perantaraan
Al-Quran teramatlah besarnya."
Kemungkinan pengaruh Muhammad [s.a.w.] dalam Islam lebih besar dari
pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu. Diukur
dari semata-mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad [s.a.w.]
setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan. (Menurut pendapat mereka
martabat Nabi Muhammad s.a.w. dan Nabi Isa a.s. adalah sama). [28]
Selanjutnya iapun menulis:
“Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa)
Muhammad [s.a.w.] bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin
duniawi, akan tetapi Nabi Isa [a.s.] tidak mendapat kedudukan seperti
itu.” Pendek kata, keteladanan beliau dalam setiap hal menggambarkan
kepribadian beliau yang suci dalam corak yang semakin bertambah terang."
16. Karen Armstrong
Karen Armstrong dalam bukunya ‘Muhammad-A Biography of the Prophet’ menulis:
“Untuk mengajarkan masalah rohaniah
berdasarkan tauhid, Muhammad [s.a.w.] secara amaliah harus memulai dari
nol. Ketika beliau memulai menyampaikan misi dakwah nampaknya tidak
mungkin dapat menyampaikannya di tengah-tengah bangsa Arab yang
betul-betul tidak bersedia menerima ajaran Tauhid. Mereka itu tidak
mampu untuk memahami ajaran yang sangat luhur ini."
"Sebenarnya memperkenalkan ajaran Tauhid
kepada masyarakat yang beringas dan ganas itu betul-betul sangat
berbahaya. Dan Muhammad [s.a.w.] sangat bernasib baik ketika jiwa beliau
selamat terlepas dari bahaya keganasan mereka itu. Sesungguhnya nyawa
Muhammad selalu berada dalam keadaan sangat berbahaya, dan selamatnya
nyawa beliau merupakan mu’jizat dari Allah Ta’ala. Akan tetapi Muhammad
[s.a.w.] tetap waspada dan berjaya. Sampai akhir hayat Muhammad [s.a.w.]
berhasil menumpas serangan Kabilah ganas yang memusuhi beliau dan bagi
masyarakat Arab tidak ada masalah pelik lagi tentang agama. Akhirnya
Bangsa Arab sendiri betul-betul sudah siap untuk mengukir sejarah zaman
baru mereka.” [29]
Selanjutnya ia menulis mengenai agama Kristen atau Barat:
“Akhirnya orang-orang Baratlah, bukan
orang Islam yang melarang mengadakan diskusi tentang Agama. Di zaman
Inkuisisi dan perang Salib nampaknya Eropa berusaha sekuat tenaga
menekan pendapat-pendapat yang timbul dari Bangsa lain, dan
hukuman-hukuman yang dijatuhkan kepada para penentang mereka demikian
kejamnya sehingga tidak terdapat tandingannya dalam sejarah suatu agama
apapun. Kezaliman yang dilakukan terhadap para penentang pendirian
mereka, kezaliman orang-orang Protestan terhadap orang-orang Katolik,
sebaliknya kezaliman orang-orang Katolik terhadap orang-orang Protestan
yang bernafaskan perbedaan-perbedaan akidah agama yang dalam sudut
pandang kedua agama, Yahudiyyat dan Islam, hanyalah menyangkut
urusan-urusan pribadi belaka. Akidah Kristen berbau bid’ah mengenai
kepercayaan ketuhanan manusia tidak ada kaitannya dengan Yahudiyyat
maupun Islam, tidak dapat diterima, bahkan membawa kepada kemusyrikan.” [30]
17. Annie Besant & Ruth Cranston
Annie Besant dalam bukunya ‘The Life and Teachings of Muhammad’ menulis:
“Tidak mungkin bagi seseorang yang telah
mempelajari riwayat hidup dan akhlak Nabi Agung asal Arab ini dan dia
mengetahui ajaran yang disampaikannya dan mengetahui bagaimana dia
menjalani kehidupannya, tanpa memberi penghormatan terhadap Nabi agung
dari antara nabi-nabi Allah ini. Apa yang sedang saya katakan ini
mungkin orang-orang lain sebelumnya telah mengetahuinya. Akan tetapi
bila saja saya membaca hal ini maka timbul perasaan baru dalam hati saya
untuk menghormati Nabi Arabi yang agung ini dan nampak warna baru untuk
memujinya.” [31]
18. Ruth Cranston
Ia menulis dalam ‘World Faith : The Story of the Religions of the United Nations" (1946) :
"Muhammad orang Arab itu [s.a.w.] tidak pernah menjadi orang yang memulai peperangan. Setiap perang yang beliau lakukan sifatnya membela diri.
Apabila beliau berperang tujuannya hanyalah untuk menyelamatkan diri.
Beliau berperang dengan cara dan menggunakan senjata sesuai zamannya.
Dengan yakin dapat dikatakan bahwa tidak ada negara Kristen dari
140.000.000 orang pada hari ini (buku ini ditulis tahun 1949) yang telah
membinasakan 120.000 orang sipil tak berdaya hanya dengan satu ledakan
bom saja dapat melakukan tuduhan jahat terhadap seorang pemimpin agung
yang telah melakukan penyerangan dan diserang di dalam seluruh
peperangan yang telah membunuh hanya 500 atau 600 orang saja dianggap
paling kejam. Membandingkan jumlah kematian di tangan Nabi Arabia
[s.a.w.] di alam kegelapan abad ketujuh ketika manusia sedang haus darah
satu sama lain dengan jumlah kematian di abad kita abad kedua puluh
yang gilang-gemilang ini merupakan kebodohan. Tidak perlu diceritakan
lagi pembantaian massal oleh orang-orang Kristen di zaman inkuisisi dan
Perang Salib ketika para prajurit Kristen dengan bangga mencatat semua
peristiwa ketika mereka berjalan di sela-sela mayat orang-orang tak
beriman terendam darah sedalam mata kaki.” [32]
19. Godfrey Higgins
Godfrey Higgins menulis:
“Mengenai hal ini, umumnya, tidak apa-apa
bahwa mayoritas pendeta Kristen mencaci-maki agama Muhammad [S.a.w.]
dikarenakan kefanatikan dan tidak adanya toleransi mereka. Itu adalah
sangat mengherankan dan merupakan sebuah kemunafikan yang aneh. Siapakah
yang mengusir orang-orang Muslim dari Spanyol hanya karena setelah
mereka menjadi Kristen lalu dianggap bukan orang Kristen yang baik ?
Siapakah yang membunuh ribuan orang di Meksiko dan di Peru, dan
menjadikan mereka budak hanya karena mereka tidak mau menjadi Kristen ?
Demikian berbeda dan tingginya keteladanan yang dilakukan oleh
orang-orang Muslim saat mereka menguasai Yunani. Ratusan tahun mereka
membiarkan orang-orang Yunani pada agama mereka, membiarkan kaum
pendeta, para rahib dan biarawan beribadah dengan aman di gereja-gereja
mereka.” [33]
Pendek kata, penulis memperbandingkan antara kaum Kristen dan Muslim.
Selanjutnya, Godfrey ini menulis lagi:
“Dalam sejarah seluruh khalifah Islam, kami tidak menemukan adanya Inquisisi
sebagaimana biasa ia disebut demikian buruk. Satu kali pun peristiwa
tidak terjadi bahwa dikarenakan pertentangan keyakinan atau suatu hal
lalu memberikan hukuman mati, ‘Kenapa tidak menerima agama Islam ?" [34]
Inilah pengaruh dari ajaran yang diberikan oleh Rasulullah S.a.w. kepada orang-orang Muslim.
20. Edward Gibbon
Dalam ‘History of the Saracen Empire’ karya Edward Gibbon tertulis bahwa:
“Bukan penyebaran agama beliau [s.a.w.]
yang mengherankan kita melainkan terus menerus berdirinya agama ini.
Muhammad [s.a.w.] yang telah memberikan kesan istimewa dan sempurna di
Mekkah dan Madinah. Pengaruh yang ditinggalkan oleh Muhammad [s.a.w.]
yang murni dan sempurna yang beliau letakkan di Mekkah dan Madinah itu,
selama 12 abad revolusi pun, penganut baru Al-Qur`an baik di India,
Afrika maupun Turki sampai sekarang masih tetap menjaganya. Mazhab dan
akidah murid-murid Muhammad [s.a.w.] menguatkan wawasan teruji manusia,
dan mereka tetap teguh melawan perasaan was-was. Sesungguhnya syahadat
Islam itu demikian sederhana dan tidak dapat berubah, yaitu, “Aku
beriman kepada satu Tuhan dan Rasul Tuhan [.a.w.].” Yakni, Laa ilaha
Illallaah Muhammad Rasuluullaah. Ini adalah suatu gambaran, bahwa
Tuhannya orang-orang Muslim itu bukanlah berhala. Penghormatan
(pengikutnya) kepada Nabi Islam ini tidak melewati batas-batas standar
sifat-sifat kemanusiaan, dan penghargaan dan semangat kebaikan para
pengikutnya atas sabda-sabdanya yang kekal menghidupkan tetap berada
dalam batas agama dan akal.” [35]
Apa yang ia katakan adalah bahwa di sisi lain orang-orang Kristen telah menjadikan manusia menjadi tuhan.
Semoga dunia memahami kedudukan manusia teragung di dunia ini, berusaha
untuk bernaung di bawah telapak kaki beliau s.a.w. [menjadi pengikut
beliau s.a.w.] bukan menjauhi atau berusaha memusuhi dan mencemoohkan
beliau s.a.w. agar dunia selamat dari azab Allah Ta’ala. Hanya dan hanya
beliau s.a.w.-lah penyelamat dunia dan setiap hakikatnya juga
dijelaskan oleh orang-orang non Muslim yang obyektif seperti telah saya
jelaskan kepada saudara-saudara dari kutipan tulisan mereka dan masih
ada lagi tak terhitung banyaknya.
Kebenaran para nabi terdahulu juga telah terbukti melalui ajaran-ajaran
beliau. Itulah kedudukan Khatamun Nubuwwah yang setiap orang Islam harus
menyebarkannya kepada dunia.
Endnotes References :
[ 1 ]. George Sale. To the Reader. In: The Koran: Commonly called the
Alkoran of Mohammed. J. B. Lippincott & Co., PA. pp.vi-vii (1860).
[ 2 ]. Stanley Lane-Poole. Introduction. In: Speeches and Table Talk of
the Prophet Muhammad. Macmillan & Co., London. p xlvi (1882).
[ 3 ]. H.G. Wells. Part II: Muhammad and Islam. In: The Outline of History. University of Michigan Library., MI. p 269 (1920).
[ 4 ]. De Lacy O’Leary. Islam at the Crossroads. Kegan Paul., London, p.8 (1923).
[ 5 ]. Mahatma Gandhi. Young India. September 23rd 1924.
[ 6.]. John Bagot Glubb. The Life and Times of Muhammad. Hodder & Stoughton. 1970 (reprint 2002).
[ 7 ]. John Bagot Glubb. The Life and Times of Muhammad. Hodder & Stoughton. 1970 (reprint 2002).
[ 8 ]. John William Draper, M.D., L.L.D. A History of the Intellectual
Development of Europe. Harper and Brothers Publishers., NY. P.244
(1863).
[ 9 ]. William Montgomery Watt. Muhammad at Madina. Oxford University Press. pp. 335 (1981).
[10]. Rev. Bosworth Smith. Character of Mohammad. In: MOHAMMAD AND MOHAMMADANISM. Smith, Elder & Co., London. p. 235 (1876).
[11]. Rev. Bosworth Smith. Character of Mohammad. In: MOHAMMAD AND MOHAMMADANISM. Smith, Elder & Co., London. p. 127 (1876).
[12]. Rev. Bosworth Smith. Character of Mohammad. In: MOHAMMAD AND MOHAMMADANISM. Smith, Elder & Co., London. p. 125 (1876).
[13]. Rev. Bosworth Smith. Character of Mohammad. In: MOHAMMAD AND MOHAMMADANISM. Smith, Elder & Co., London. p. 127 (1876).
[14]. Rev. Bosworth Smith. Character of Mohammad. In: MOHAMMAD AND MOHAMMADANISM. Smith, Elder & Co., London. p. 133 (1876).
[15]. Rev. Bosworth Smith. Character of Mohammad. In: MOHAMMAD AND MOHAMMADANISM. Smith, Elder & Co., London. p. 133 (1876).
[16]. Washington Irving. The Life of Mahomet. Bernard Tauchnitz,. Leipzig. pp. 272-3(1850).
[17]. Sir William Muir. Life of Muhammad.(Volume IV). Smith, Elder and Company., London.pp. 303-307 (1861).
[18]. Sir William Muir. Life of Muhammad.(Volume II). Smith, Elder and Company., London.pp. 97-8 (1861).
[19]. Thomas Carlyle. On Heroes, Hero-Worship and the Heroic in History. Wiley and Putnam., NY. p.47 (1846).
[20]. Thomas Carlyle. On Heroes, Hero-Worship and the Heroic in History. Wiley and Putnam., NY. p.48 (1846).
[21]. Thomas Carlyle. On Heroes, Hero-Worship and the Heroic in History. Wiley and Putnam., NY. pp.60-1 (1846).
[22]. A. De Lamartine. History of Turkey (English Translation). D. Appleton &Co., NY. p.154 (1855-7).
[23]. A. De Lamartine. History of Turkey (English Translation). D. Appleton &Co., NY. p.155 (1855-7)
[24]. John Davenport. An Apology for Mohammed and the Koran. J.Davy & Sons., London. p.139 (1869).
[25]. John Davenport. An Apology for Mohammed and the Koran. J.Davy & Sons., London. p.82 (1869).
[26]. John Davenport. An Apology for Mohammed and the Koran. J.Davy & Sons., London. (1869).
[27]. Michael H. Hart. THE 100: A RANKING OF THE MOST INFLUENTIAL PERSONS IN HISTORY. Carol publishing group., p.3.
[28]. Michael H. Hart. THE 100: A RANKING OF THE MOST INFLUENTIAL PERSONS IN HISTORY. Carol publishing group., pp.8-9.
[29]. Karen Armstrong. Muhammad – A Biography of the Prophet. Harper Collins Publishers., NY. p.53-54 (1993).
[30]. Karen Armstrong. Muhammad – A Biography of the Prophet. Harper Collins Publishers., NY. p.27 (1993).
[31]. Annie Besant. The Life and Teachings of Muhammad. Theosophical Publishing House., India. p. 4 (1932).
[32]. Ruth Cranston. World Faith. Harper and Row Publishers., NY. P. 155 (1949).
[33]. Godfrey Higgins. Apology for Mohammed. Lahore. Pp. 123-4 (1829).
[34]. Godfrey Higgins. Apology for Mohammed. Lahore. Pp. 52 (1829).
[35]. Edward Gibbon, Simon Oakley. History of the Saracen Empire. Alex Murray & Son., London. P.54 (1870).
Subhanallah..
Allahuakbar..
Tokoh-tokoh Non Islam-pun mengakui keagungan pribadi Nabi Muhammad S.A.W.
Sumber: duniamuallaf.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar