Lelaki yang sesuka hati memilih Bidadari
Oleh : Ibnu Abdul Bari el `Afifi
Abu Darda` berkata, “Man ghaddha basharahu `ani-n nadhari-l harâmi zuwwija mina-l hûri-l `în haitsu ahabba, barangsiapa menundukkan pandangannya dari yang haram, ia akan dinikahkan dengan bidadari mana yang ia cinta.” (Risalatu-l Mustarsyidin, Haris al Muhasibi, Daru-s Salam).
Diantara tantangan terberat yang
dihadapi para lelaki saat ini adalah menjaga pandangan mata dari melihat
wanita yang tidak halal baginya. Bagaimana tidak? Berbagai media
seperti Tv, surat kabar, dan internet selalu mempertontonkan aurat
wanita. Tragisnya, kaum hawa ikut terpengaruh sehingga mereka tanpa malu
membuka bagian tubuh yang tidak layak diperlihatkan kecuali kepada
suaminya tercinta. Sekali lagi, tantangan ini sungguh berat. Terlebih
bagi lelaki yang lemah iman, dan tidak memiliki pendirian kokoh.
Rasululloh pernah bersabda kepada segenap wanita seusai khutbah Iedul
Adha, “Mâ min nâqishâti aqlin wa dînin adzhaba li lubbi-r rajuli-l hâzimi min ihdâkunna,
tidak ada orang yang kurang akal dan agamanya yang bisa melenyapkan
akal lelaki yang berpendirian kuat selain daripada kalian, wahai para
wanita.” Logikanya, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Utsaimin rahimahullah ketika men-syarah riyadhu-s shalihin,
kalau lelaki yang punya pendirian sedemikian kuat saja bisa
tertaklukkan oleh wanita, apatah lagi dengan lelaki rendahan yang tidak
memiliki pendirian, azzam, agama dan kejantanan, tentu lebih dahsyat
lagi. Karena itulah, tulisan ini ditulis. Semata-mata untuk saling
menasehati, di atas kebenaran dan ketakwaan. Insya’Allah.
Artikel ringan ini menjelaskan urgensi
menjaga hati dengan menundukkan pandangan mata dari hal yang diharamkan.
Merekalah lelaki yang dirindu bidadari di akherat kelak. Merekalah
lelaki sejati yang mampu menaklukan dorongan hawa nafsunya sehingga
dijanjikan jannah oleh sang pemilik hati hamba-hamba-Nya, Allah Ta’ala.
Lihatlah betapa Allah menjanjikan jannah bagi mereka melalui firman-Nya,
“Wa ammâ man khâfa maqâma rabbihi wa naha-n nafsa `ani-l hawâ fa inna-l jannata hiya-l ma`wâ.
Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya, dan menahan diri
dari keinginan hawa nafsunya, maka jannah adalah tempat tinggalnya.” (an
Nazi’at : 40-41). Karena orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya
dari memandang yang haram, adalah orang bertakwa; yang takut kepada
keagungan Allah Ta`ala, “Wa li man khâfa maqâma rabbihi jannatân.
Dan bagi orang yang takut akan kedudukan Tuhannya ada dua jannah.” (ar
Rahman : 46). Ya, dua jannah, semuanya diperuntukkan bagi orang yang
takut kepada Rabb-nya. Takut yang menghalanginya untuk melihat apa yang
tidak halal baginya. Tentang ayat ini, Mujahid berkata, “Yaitu orang
yang ketika hendak melakukan maksiat, dia ingat akan kedudukan Allah,
hingga ia tidak jadi berbuat maksiat.
Janji Allah ini tidaklah berlebihan. Sama sekali tidak. Innama-l jazâ`u min jinsi-l `amal.
Balasan sesuai dengan amalan. Karena menundukkan pandangan dari apa
yang diharamkan tidaklah mudah, bahkan sangat berat. Sufyan ats Tsauri
dalam menafsirkan firman Allah, “Wa khuliqa-l insânu dha`ifâ,
dan manusia diciptakan dalam kondisi lemah.” (an Nisa` : 28),
menyebutkan, “Jika ada seorang wanita yang berjalan didepan seorang
laki-laki, maka laki-laki tersebut tidak akan mampu untuk tidak
melihatnya. Hatinya akan tertusuk oleh virus kecantikan wanita tersebut.
Adakah sesuatu yang lebih lemah daripada ini?”
Apa korelasi menjaga hati dengan menjaga
pandangan mata yang diharamkan? Korelasinya sangat erat. Karena
pandangan menghasilkan getaran hati, getaran hati menghasilkan pikiran,
pikiran melahirkan syahwat, syahwat melahirkan hasrat dan hasrat
melahirkan niat. Bila niat sudah kuat, maka yang dilarang akan terjadi
dan jatuh dalam lembah maksiat.
Hati bagaikan sebuah rumah, dan mata
adalah pintunya. Pencuri baru bisa masuk rumah jika pintunya terbuka.
Jika masuk, pencuri itu akan mengambil perhiasan iman dan mutiara takwa,
serta meninggalkan hati dalam keadaan berantakan. Gerakan pencuri ini
sangat lincah. Dengan sigap, ia dapat menyelinap. Sehingga, ketika
ditanya tentang pandangan yang sekejap saja, Rasulullah bersabda, “Palingkanlah pandanganmu.”
Karena mengumbar pandangan adalah dosa.
Dosa yang akan membuat pelakunya malu untuk bersua Rabbnya. Di dalam al
Fawa’id, Ibnu Qayyim al Jauziyah meneliti beberapa penyakit yang
menyebabkan matinya hati. Dalam kesimpulannya, dia menetapkan beberapa
pengaruh negatif dari dosa-dosa, “Sedikitnya pertolongan,
salahnya pendapat, samarnya kebenaran, lemahnya ingatan, tersia-sianya
waktu, kebencian orang lain, keterasingan antara hamba dengan Tuhannya,
terhalangnya doa, kerasnya hati, hilangnya keberkahan dalam rizki dan
umur, hilangnya ilmu, melekatnya kehinaan, kerendahan martabat di
hadapan musuh, sempitnya dada dan lain sebagainya.”
Dari semua itu, yang tersisa hanyalah
ketakutan untuk bertemu dengan Dzat yang Maha Adil, dan ketakutan akan
hisab dan siksa. Oleh karena itu, ingatlah selalu pesan Ibnul Jauzi, “Jauhkanlah
diri anda dari dosa. Jika di dalamnya hanya ada ketakutan untuk bertemu
(dengan Allah), maka itu sudah cukup sebagai siksaan. Saat yang paling
indah bagi Nabi Ayyub adalah tatkala ia melihat lagi anaknya, Nabi
Yusuf; dan saat yang paling sulit bagi saudara-saudara Yusuf adalah
ketika bertemu dengan Yusuf.”
Lihatlah, betapa saudara-saudara Yusuf gugup dengan wajah memerah malu ketika orang yang ada didepannya bertanya kepada mereka, “Qâla hal `alimtum mâ fa`altum bi yûsufa wa akhihi idz antum jâhilûn?” mereka
berkeringat dingin mendengar pertanyaan dari lelaki yang kemudian
diketahui sebagai saudaranya, Yusuf; adik yang berpuluh-puluh tahun yang
lalu pernah mereka jeburkan ke dalam sumur. Kepala mereka tertunduk.
Malu dan berasa bersalah. Dengan bibir bergetar mereka menjawab lirih, “Qâlu ainnaka la anta Yûsuf.”
Ah, ketika membaca jawaban
saudara-saudara Yusuf ini, selalunya ada rasa aneh yang menyelusup dalam
jiwa seolah bisa merasakan kekalutan jawaban mereka….., kalau hanya
bersalah kepada manusia sudah membuat kita malu bertemu, lalu
bagaimanakah kita meletakkan muka kita di hadapan Dzat yang mengetahui
semua detail tingkah laku kita; besar-kecilnya, samar-jelasnya,
tersembunyi-tampaknya….., tanpa ada sesuatupun yang luput dari-Nya? “Wa ma kana rabbuka nasiyya, dan Rabbmu tidak pernah lupa.” (Maryam : 64). Allâh…allahummaghfirlanâ wa tub alainâ…., ampuni kami ya Rabb
Ikutilah jalan salafus shaleh. Segarkan
dirimu dengan sejarah hidup mereka. Hidupkan hatimu dengan mengingat
mereka. Dan ikutilah jejak mereka niscaya engkau akan menjadi manusia
mulia; dihadapan Allah dan juga segenap manusia.
Rabi’ bin Khutsaim,
murid Abdullah ibn Mas`ud yang paling mulia, selalu menjaga pandangan
matanya. Pada suatu hari ada sekelompok wanita yang mengira bahwa Rabi’
adalah buta, kemudian mereka memohon perlindungan kepada Allah dari
kebutaan;
Hasan ibn Abu Sinan.
Selesai shalat `Ied, ada yang berkata kepadanya, “Kami belum pernah
melihat shalat `Ied di mana jama`ah perempuannya banyak seperti ini.”
Kemudian beliau menjawab, “Aku tidak bertemu dengan seorang wanita pun
sampai aku pulang.”
Daud ibn Abdullah.
Ketika sebagian pejabat Bashrah mencarinya, Daud bersembunyi di rumah
salah seorang sahahabatnya. Sahabatnya itu memiliki istri yang dijuluki
Zarqa (wanita bermata biru) yang berparas cantik. Ketika suaminya hendak
keluar rumah, ia berpesan kepada Zarqa agar bersikap santun dan
melayani Dawud dengan baik. Setelah kembali ke rumah, sahabatnya tadi
bertanya kepada Daud, “Bagaiman sikap Zarqa kepadamu?” Daud malah
bertanya, “Siapa itu Zarqa?” sahabatnya menjawab, “Dia adalah ibu rumah
ini (istriku).” Daud berkata, “Aku tidak tahu, apakah ia bermata biru
atau bermata hitam.” Ketika sang suami melihat Zarqa, ia berkata
kepadanya, “Bukankah aku sudah berpesan agar engkau bersikap santun dan
melayaninya dengan baik? Mengapa engkau tidak melaksanakannya?” Zarqa
menjawab, “Engkau menitipkan kepadaku lelaki buta. Sungguh, ia tidak
pernah mengangkat kelopak matanya kepadaku.”
Muhammad ibn Sirin.
Dengarkanlah pengakuan menakjubkan dari Muhammad ibn Sirin, “Aku tidak
pernah menggauli wanita, baik di waktu jaga atau di waktu tidur (mimpi)
selain Ummu Abdillah (istrinya). Jika aku melihat wanita di dalam mimpi,
aku akan sadar bahwa dia tidak halal bagiku, maka aku memalingkan
wajahku darinya.” Subhanallah, bravo `alaih….,
Surat cinta dari Allah Azza wa JallaBeberapa contoh di atas adalah para lelaki sejati yang berhati bersih. Suci. Peka terhadap dosa, dan menghindari jerat-jerat dosa. Karena mereka sadar, kenikmatan bermunajat hanya bisa diraih dengan hati yang bersih. Pernah, ada yang bertanya kepada Wuhaib ibn Ward, “Apakah orang yang bermaksiat kepada Allah dapat merasakan lezatnya ibadah?” beliau menjawab, “Tidak, bahkan orang yang baru berniat melakukan maksiat pun tidak akan bisa merasakan lezatnya ibadah.”
Karena cinta, Allah mengabadikan pesan
menundukkan pandangan, dan menjaga kemaluan di dalam kitab-Nya. Sungguh
ini merupakan bukti cinta-Nya. Cinta yang tulus dari sang Pencipta
kepada yang dicipta. Tentu, surat cinta ini untuk kebaikan
hamba-hamba-Nya. Allah berfirman, “Qul li-l mu`minîna yaghuddhû min abshârihim wa yahfadhû furûjahum dzâlika azkâ lahum innallâha khabîrun bimâ yashna`ûn,
Katakanlah kepada orang-orang beriman, ‘Hendaklah mereka menjaga
pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih
mensucikan bagi mereka. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang
mereka perbuat.” (an Nuur : 30).
Tentang ayat ini, Abu Hamid al Ghazali berkata, “Ketika aku merenungi ayat ini, meskipun ayatnya pendek, aku menemukan tiga makna berharga di dalamnya; pendidikan (ta`dîb), peringatan (tanbîh), dan ancaman (tahdîd).
Adapun pendidikan (ta`dîb) terdapat dalam, “Katakanlah kepada orang-orang beriman, ‘Hendaklah mereka menjaga pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka.”
Sudah menjadi keharusan bagi seorang hamba untuk melaksanakan perintah
tuannya dan patuh terhadap berbagai didikannya. Jika tidak, maka ia akan
menjadi orang yang tidak beretika dan diperkenankan hadir dalam
majlisnya, dan bersimpuh di hadapannya. Pahamilah point ini dengan baik.
Sedangkan peringatan (tanbîh) termuat dalam, “Yang demikian itu lebih mensucikan bagi mereka.” Ayat ini memililiki dua makna ; pertama, mensucikan hati mereka, dan kedua, membuat mereka lebih kaya dengan kebaikan. Karena, az zakah memliki arti bertambah (an numuw).
Jadi diingatkan bahwa menjaga mata akan membersihkan hati dan
memperbanyak ketaaatan. Alasannya, jika anda tidak menjaga mata dan
membiarkannya liar, maka anda akan melihat sesuatu yang tidak berguna
bagi anda. Dan sangat mungkin anda akan memandang sesuatu yang
diharamkan. Jika anda melihatnya dengan sengaja. Anda mendapatkan dosa
besar. Bisa jadi hati anda akan terpengaruh oleh apa yang anda pandang,
dan anda akan binasa jika Allah tidak menyayangi anda.
Adapun makna ancaman (tahdîd) termaktub dalam penggalan ayat, “Sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang mereka perbuat.”
Renungan
Saudaraku,
Memandang sesuatu yang tidak halal akan
mengisi pikiran dengan hal-hal haram. Sebaliknya, jika manusia berpikir
tentang keagungan kerajaan Allah di langit dan di bumi, maka itulah
ibadah paling utama yang akan meningkatkan takwa, keyakinan dan derajat
di sisi Allah;
Memandang sesuatu yang tidak halal akan
meninggalkan kesedihan setelah yang dipandang itu menghilang. Berbeda
bila kesedihan itu lahir karena melihat kondisi orang-orang muslim yang
terbantai di penjuru dunia karena membela dien mereka, maka itu adalah
ikatan pertanda kokohnya iman dan ikatan persaudaraan, “Innama-l mu`minûna ikhwah, hanyasanya orang-orang mukmin adalah bersaudara.” (al Hujurat : 10);
Memandang sesuatu yang tidak halal akan
membuat manusia menghabiskan waktu untuk dosa dan maksiat. Keduanya
adalah tiket menuju neraka. Sebaliknya, bila manusia menghabiskan
waktunya untuk beribadah kepada Allah, maka ia akan memetik kebahagiaan
dan kenikmatan memandang wajah Allah yang Mahaindah;
Memandang sesuatu yang tidak halal akan
meneteskan airmata karena perpisahan dengan yang dicintai. Andai saja
tetesan airmata itu karena takut kepada Allah, maka ia akan mendapatkan
naungan di bawah Arsy Allah pada hari tidak ada naungan kecuali naungan
Dzat yang Mahakasih;
Memandang sesuatu yang tidak halal akan
mendorong kaki dan tangan bergerak kepada sesuatu yang sia-sia dan
mengundang birahi. Jika tangan dan kaki digerakkan untuk berkhidmat
kepada Allah dan menulis ilmu dan hadits, maka manusia akan mendapatkan
ganjaran setimpal berupa pertemuan dengan sang guru sejati di jannah;
Gambaran lebih indah tentang bidadari pernah ditulis oleh Ibnu Qayyim al Jauziyyah. Tulisnya,Bila engkau terpesona dengan kecantikan wanita dunia, maka bandingkanlah mereka dengan bidadari-bidadari jannah. Bidadari, Siapakah bidadari? Kecantikan wajahnya bagaikan sinar matahari. Andai saja ia turun ke bumi, maka bumi dan langit akan semerbak mewangi. Lisan manusia tidak kan berhenti berucap tahlil, takbir, dan tasbih kepada Allah. Cahaya matahari akan redup sebagaimana cahaya bintang-bintang di sekitar matahari. Orang yang berada di dekat matahari akan merasa nyaman dan damai. Jilbab yang yang menutupi kepalanya lebih baik dari dunia seisinya. Kulit tubuhnya memancarkan cahaya yang mampu menembus tujuh puluh pakaian. Jika saja Allah tidak menetapkan penghuni jannah untuk tidak mati, tentu mereka akan mati karena kecantikan para bidadari. Jika seorang wanita tersenyum kepada suaminya, maka jannah akan terang benderang karena senyumannya. Jika ia berjalan dari istana ke istana, maka ia bagaikan matahari ia bagaikan matahari yang tergeser di cakrawala. Dengan semua itu, mengapa anda mudah tergoda dengan bangkai?
“Jika kamu meminta mereka untuk menikah
di jannah, mereka itu adalah para perawan yang mengalir pada tubuh
mereka darah muda. Seperti bunga mawar dan buah apel yang tidak
terbungkus dan seperti buah delima yang mulus. Matahari terbit dari
wajahnya yang indah dan kilat menyambar di antara sela-sela giginya
ketika tersenyum. Jika dia memeluk suaminya, dia akan memeluk seperti
pelukan antara bumi dan matahari.
Jika dia berbicara, pmebicaraannya
seperti seorang yang bercengkerama dengan kekasihnya. Jika dipeluk, dia
melekat seperti dua ranting yang saling bertautan.
Pipinya yang bening bisa digunakan untuk
bercermin dan tulangnya yang putih kelihatan dari balik dagingnya, jika
kulit dan dagingnya tidak tertutupi. Jika dia melihat dunia, maka
antara langit dan bumi akan dipenuhi bau wanginya, sehingga mulut
manusia akan senantiasa membaca tahlil, takbir dan tasbih. Apa yang ada
di barat dan timur akan berdandan untuknya, dan setiap mata akan
melihatnya dan terpejam untuk melihat selainnya. Cahayanya akan
meredupkan cahaya matahari seperti matahari yang meredupkan cahaya
bintang, dan akan beriman kepada Allah seluruh manusia yang ada di
atasnya.
Jilbab yang ada di atas kepalanya lebih
baik daripada dunia dan seisinya, hasrat untuk menikahinya lebih besar
daripada segalanya. Semakin lama waktu bertambah, dia akan kelihatan
semakin cantik dan indah. Semakin hari akan semakin bertambah cinta dan
erat. Dia tidak pernah haidh, melahirkan dan nifas. Suci dari kotoran,
air ludah, kencing, air besar dan kotoran lainnya.
Kegadisannya tidak akan pernah hilang
dan muda selamanya. Kecantikannya tidak pudar dan tidak ada rasa bosan
untuk menggaulinya. Dia hanya ingin melayani suaminya dan tidak pernah
tertarik pada selainnya dan sebaliknya, sehingga dia merupakan puncak
ketenangan dan hawa nafsu.
Jika melihatnya akan menggembirakan dan
jika diperintah untuk taat, dia pun mentaatinya. Jika suaminya
meninggalkannya, maka dia akan menjaga diri dan keamanannya. Dia seorang
perawan yang sebelumnya tidak pernah tersentuh oleh manusia atau jin,
sehingga setiap kali melihatnya akan menimbulkan rasa gembira. Setiap
kali berbicara dengannya, seakan di telinga dipenuhi permata yang indah.
Jika dia telanjang (upss. Astaghfirullah…), seluruh istana dan ruangan
penuh dengan cahaya.
Jika kamu bertanya tentang usia
Dia usianya masih sangat muda
Jika bertanya tentang kecantikan
Pernahkah kamu melihat matahari dan bulan?
Jika kamu bertanya tentang matanya,
Seperti warna paling hitam di tempat yang paling putih (sangat jelita)
Jika kamu bertanya tentang bentuk tubuhnya
Pernahkah anda melihat pohon yang langsing
Jika kamu bertanya tentang buah dadanya,
Ia seperti buah delima yang lembut
Jika kamu bertanya tentang warna kulitnya
Dia seperti yakut dan marjan
Dia usianya masih sangat muda
Jika bertanya tentang kecantikan
Pernahkah kamu melihat matahari dan bulan?
Jika kamu bertanya tentang matanya,
Seperti warna paling hitam di tempat yang paling putih (sangat jelita)
Jika kamu bertanya tentang bentuk tubuhnya
Pernahkah anda melihat pohon yang langsing
Jika kamu bertanya tentang buah dadanya,
Ia seperti buah delima yang lembut
Jika kamu bertanya tentang warna kulitnya
Dia seperti yakut dan marjan
Bagaimana bayangan anda ketika wanita
tersenyum di hadapan suaminya, maka jannah pun menjadi terang dengan
senyumannya. Jika dia pindah dari satu istana ke istana yang lain, anda
akan mengatakan matahari berpindah dari satu poros ke poros yang
lainnya. Jika suaminya tiba, alangkah mesra sambutannya. Jika ia memeluk
betapa hangat pelukannya.
Jika dia bernyanyi, suaranya terasa
nikmat di telinga dan mata. Jika dia merayu dan merajuk, rayuan dan
rajukannya terasa nikmat. Jika dia memeluk, tidak ada pelukan yang lebih
hangat darinya. Dan jika dia memberi sesuatu atau menerima, tidak ada
cara sebaik yang dilakukannya.”
Abu Darda` berkata, “Man ghaddha basharahu `an an nadhari al harami zuwwija min al huri-l `in haitsu ahabba, barangsiapa menundukkan pandangannya dari yang haram, ia akan dinikahkan dengan bidadari yang ia cinta.” (Risalah al Mustarsyidin, Haris al Muhasibi, Daru-l Salam).
Pertanyaannya, dimanakah lelaki-lelaki sejati yang semaunya sendiri menikahi para bidadari itu, kini??
Sebagai penutup,
Saudaraku….., yakinlah dengan apa yang disabdakan oleh Rasul Mulia, Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam,
“Innaka lan tada`a syai`an ittiqâ’allâhi jalla wa `azza illa a`thâkallâhu khairan minhu, sungguh tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena takut kepada Allah yang Maha Agung dan Mulia, kecuali Dia akan memberimu sesuatu yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad, dan Syu`aib al Arna’uth berkomentar, ‘Sanadnya shahih”).
Apa balasannya? Pertanyaan ini dijawab oleh Ibnu Taimiyyah rahimahullah –sebagaimana yang dinukil oleh Syaikh Muhammad as-Salman dalam bukunya, Mawâridu-d dham`ân : 7/769-770. Beliau berkata, menundukkan pandangan dari rupa yang dilarang untuk dilihat, seperti wanita dan amrad ‘cantik’ (lelaki tampan yang tidak berjenggot), akan mewariskan tiga hal :
Pertama : mendapatkan kenikmatan dan kelezatan iman
yang lebih manis dan lebih nikmat daripada apa yang ia tinggalkan
karena Allah karena siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah
akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik;
Kedua : menundukkan pandangan akan mewariskan cahaya di hati dan firasat (yang tepat dan akurat);
Ketiga : memperoleh kekuatan, keteguhan dan keberanian di hati sehingga dia dikaruniai Allah kekuatan bashirah dan kekuatan hujjah.
NB : Artikel ini hanya diperuntukkan
bagi penulis, tetapi semoga para pembaca –segenap ikhwan dan begitu pula
para akhwat- juga mendapatkan manfaatnya. Ya, artikel ini tidak hanya
untuk para ikhwan tetapi juga para akhwat, karena Allah berfirman, “Qul li-l mu`minîna yaghuddhû min abshârihim…,Katakanlah
kepada orang-orang yang beriman, “Hendaklah mereka menjaga pandangan
mereka.” (an Nuur : 30). Ayat ini umum, untuk ikhwan dan juga akhwat. Wallahu A’lam.
Sumber : http://www.oaseimani.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar