Senin, 08 April 2013

Akhlak, Maqalah :: Lelaki yang Sesuka Hati Memilih Bidadari

Lelaki yang sesuka hati memilih Bidadari
Oleh : Ibnu Abdul Bari el `Afifi



Abu Darda` berkata, “Man ghaddha basharahu `ani-n nadhari-l harâmi zuwwija mina-l hûri-l `în haitsu ahabba, barangsiapa menundukkan pandangannya dari yang haram, ia akan dinikahkan dengan bidadari mana yang ia cinta.” (Risalatu-l Mustarsyidin, Haris al Muhasibi, Daru-s Salam).

Diantara tantangan terberat yang dihadapi para lelaki saat ini adalah menjaga pandangan mata dari melihat wanita yang tidak halal baginya. Bagaimana tidak? Berbagai media seperti Tv, surat kabar, dan internet selalu mempertontonkan aurat wanita. Tragisnya, kaum hawa ikut terpengaruh sehingga mereka tanpa malu membuka bagian tubuh yang tidak layak diperlihatkan kecuali kepada suaminya tercinta. Sekali lagi, tantangan ini sungguh berat. Terlebih bagi lelaki yang lemah iman, dan tidak memiliki pendirian kokoh. Rasululloh pernah bersabda kepada segenap wanita seusai khutbah Iedul Adha, “Mâ min nâqishâti aqlin wa dînin adzhaba li lubbi-r rajuli-l hâzimi min ihdâkunna, tidak ada orang yang kurang akal dan agamanya yang bisa melenyapkan akal lelaki yang berpendirian kuat selain daripada kalian, wahai para wanita.” Logikanya, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Utsaimin rahimahullah ketika men-syarah riyadhu-s shalihin, kalau lelaki yang punya pendirian sedemikian kuat saja bisa tertaklukkan oleh wanita, apatah lagi dengan lelaki rendahan yang tidak memiliki pendirian, azzam, agama dan kejantanan, tentu lebih dahsyat lagi. Karena itulah, tulisan ini ditulis. Semata-mata untuk saling menasehati, di atas kebenaran dan ketakwaan. Insya’Allah.

Artikel ringan ini menjelaskan urgensi menjaga hati dengan menundukkan pandangan mata dari hal yang diharamkan. Merekalah lelaki yang dirindu bidadari di akherat kelak. Merekalah lelaki sejati yang mampu menaklukan dorongan hawa nafsunya sehingga dijanjikan jannah oleh sang pemilik hati hamba-hamba-Nya, Allah Ta’ala. Lihatlah betapa Allah menjanjikan jannah bagi mereka melalui firman-Nya, “Wa ammâ man khâfa maqâma rabbihi wa naha-n nafsa `ani-l hawâ fa inna-l jannata hiya-l ma`wâ. Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya, dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka jannah adalah tempat tinggalnya.” (an Nazi’at : 40-41). Karena orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya dari memandang yang haram, adalah orang bertakwa; yang takut kepada keagungan Allah Ta`ala, “Wa li man khâfa maqâma rabbihi jannatân. Dan bagi orang yang takut akan kedudukan Tuhannya ada dua jannah.” (ar Rahman : 46). Ya, dua jannah, semuanya diperuntukkan bagi orang yang takut kepada Rabb-nya. Takut yang menghalanginya untuk melihat apa yang tidak halal baginya. Tentang ayat ini, Mujahid berkata, “Yaitu orang yang ketika hendak melakukan maksiat, dia ingat akan kedudukan Allah, hingga ia tidak jadi berbuat maksiat.

Janji Allah ini tidaklah berlebihan. Sama sekali tidak. Innama-l jazâ`u min jinsi-l `amal. Balasan sesuai dengan amalan. Karena menundukkan pandangan dari apa yang diharamkan tidaklah mudah, bahkan sangat berat. Sufyan ats Tsauri dalam menafsirkan firman Allah, “Wa khuliqa-l insânu dha`ifâ, dan manusia diciptakan dalam kondisi lemah.” (an Nisa` : 28), menyebutkan, “Jika ada seorang wanita yang berjalan didepan seorang laki-laki, maka laki-laki tersebut tidak akan mampu untuk tidak melihatnya. Hatinya akan tertusuk oleh virus kecantikan wanita tersebut. Adakah sesuatu yang lebih lemah daripada ini?”

Menjaga Hati dengan Menjaga Pandangan Mata 

Apa korelasi menjaga hati dengan menjaga pandangan mata yang diharamkan? Korelasinya sangat erat. Karena pandangan menghasilkan getaran hati, getaran hati menghasilkan pikiran, pikiran melahirkan syahwat, syahwat melahirkan hasrat dan hasrat melahirkan niat. Bila niat sudah kuat, maka yang dilarang akan terjadi dan jatuh dalam lembah maksiat.

Hati bagaikan sebuah rumah, dan mata adalah pintunya. Pencuri baru bisa masuk rumah jika pintunya terbuka. Jika masuk, pencuri itu akan mengambil perhiasan iman dan mutiara takwa, serta meninggalkan hati dalam keadaan berantakan. Gerakan pencuri ini sangat lincah. Dengan sigap, ia dapat menyelinap. Sehingga, ketika ditanya tentang pandangan yang sekejap saja, Rasulullah bersabda, “Palingkanlah pandanganmu.”

Karena mengumbar pandangan adalah dosa. Dosa yang akan membuat pelakunya malu untuk bersua Rabbnya. Di dalam al Fawa’id, Ibnu Qayyim al Jauziyah meneliti beberapa penyakit yang menyebabkan matinya hati. Dalam kesimpulannya, dia menetapkan beberapa pengaruh negatif dari dosa-dosa, “Sedikitnya pertolongan, salahnya pendapat, samarnya kebenaran, lemahnya ingatan, tersia-sianya waktu, kebencian orang lain, keterasingan antara hamba dengan Tuhannya, terhalangnya doa, kerasnya hati, hilangnya keberkahan dalam rizki dan umur, hilangnya ilmu, melekatnya kehinaan, kerendahan martabat di hadapan musuh, sempitnya dada dan lain sebagainya.”

Dari semua itu, yang tersisa hanyalah ketakutan untuk bertemu dengan Dzat yang Maha Adil, dan ketakutan akan hisab dan siksa. Oleh karena itu, ingatlah selalu pesan Ibnul Jauzi, “Jauhkanlah diri anda dari dosa. Jika di dalamnya hanya ada ketakutan untuk bertemu (dengan Allah), maka itu sudah cukup sebagai siksaan. Saat yang paling indah bagi Nabi Ayyub adalah tatkala ia melihat lagi anaknya, Nabi Yusuf; dan saat yang paling sulit bagi saudara-saudara Yusuf adalah ketika bertemu dengan Yusuf.”

Lihatlah, betapa saudara-saudara Yusuf gugup dengan wajah memerah malu ketika orang yang ada didepannya bertanya kepada mereka, “Qâla hal `alimtum mâ fa`altum bi yûsufa wa akhihi idz antum jâhilûn?” mereka berkeringat dingin mendengar pertanyaan dari lelaki yang kemudian diketahui sebagai saudaranya, Yusuf; adik yang berpuluh-puluh tahun yang lalu pernah mereka jeburkan ke dalam sumur. Kepala mereka tertunduk. Malu dan berasa bersalah. Dengan bibir bergetar mereka menjawab lirih, “Qâlu ainnaka la anta Yûsuf.”

Ah, ketika membaca jawaban saudara-saudara Yusuf ini, selalunya ada rasa aneh yang menyelusup dalam jiwa seolah bisa merasakan kekalutan jawaban mereka….., kalau hanya bersalah kepada manusia sudah membuat kita malu bertemu, lalu bagaimanakah kita meletakkan muka kita di hadapan Dzat yang mengetahui semua detail tingkah laku kita; besar-kecilnya, samar-jelasnya, tersembunyi-tampaknya….., tanpa ada sesuatupun yang luput dari-Nya? “Wa ma kana rabbuka nasiyya, dan Rabbmu tidak pernah lupa.” (Maryam : 64).  Allâh…allahummaghfirlanâ wa tub alainâ…., ampuni kami ya Rabb

Mereka adalah Teladan kita


Ikutilah jalan salafus shaleh. Segarkan dirimu dengan sejarah hidup mereka. Hidupkan hatimu dengan mengingat mereka. Dan ikutilah jejak mereka niscaya engkau akan menjadi manusia mulia; dihadapan Allah dan juga segenap manusia.

Rabi’ bin Khutsaim, murid Abdullah ibn Mas`ud yang paling mulia, selalu menjaga pandangan matanya. Pada suatu hari ada sekelompok wanita yang mengira bahwa Rabi’ adalah buta, kemudian mereka memohon perlindungan kepada Allah dari kebutaan;

Hasan ibn Abu Sinan. Selesai shalat `Ied, ada yang berkata kepadanya, “Kami belum pernah melihat shalat `Ied di mana jama`ah perempuannya banyak seperti ini.” Kemudian beliau menjawab, “Aku tidak bertemu dengan seorang wanita pun sampai aku pulang.”

Daud ibn Abdullah. Ketika sebagian pejabat Bashrah mencarinya, Daud bersembunyi di rumah salah seorang sahahabatnya. Sahabatnya itu memiliki istri yang dijuluki Zarqa (wanita bermata biru) yang berparas cantik. Ketika suaminya hendak keluar rumah, ia berpesan kepada Zarqa agar bersikap santun dan melayani Dawud dengan baik. Setelah kembali ke rumah, sahabatnya tadi bertanya kepada Daud, “Bagaiman sikap Zarqa kepadamu?” Daud malah bertanya, “Siapa itu Zarqa?” sahabatnya menjawab, “Dia adalah ibu rumah ini (istriku).” Daud berkata, “Aku tidak tahu, apakah ia bermata biru atau bermata hitam.” Ketika sang suami melihat Zarqa, ia berkata kepadanya, “Bukankah aku sudah berpesan agar engkau bersikap santun dan melayaninya dengan baik? Mengapa engkau tidak melaksanakannya?” Zarqa menjawab, “Engkau menitipkan kepadaku lelaki buta. Sungguh, ia tidak pernah mengangkat kelopak matanya kepadaku.”

Muhammad ibn Sirin. Dengarkanlah pengakuan menakjubkan dari Muhammad ibn Sirin, “Aku tidak pernah menggauli wanita, baik di waktu jaga atau di waktu tidur (mimpi) selain Ummu Abdillah (istrinya). Jika aku melihat wanita di dalam mimpi, aku akan sadar bahwa dia tidak halal bagiku, maka aku memalingkan wajahku darinya.” Subhanallah, bravo `alaih….,
Beberapa contoh di atas adalah para lelaki sejati yang berhati bersih. Suci. Peka terhadap dosa, dan menghindari jerat-jerat dosa. Karena mereka sadar, kenikmatan bermunajat hanya bisa diraih dengan hati yang bersih. Pernah, ada yang bertanya kepada Wuhaib ibn Ward, “Apakah orang yang bermaksiat kepada Allah dapat merasakan lezatnya ibadah?” beliau menjawab, “Tidak, bahkan orang yang baru berniat melakukan maksiat pun tidak akan bisa merasakan lezatnya ibadah.”
Surat cinta dari Allah Azza wa Jalla 

Karena cinta, Allah mengabadikan pesan menundukkan pandangan, dan menjaga kemaluan di dalam kitab-Nya. Sungguh ini merupakan bukti cinta-Nya. Cinta yang tulus dari sang Pencipta kepada yang dicipta. Tentu, surat cinta ini untuk kebaikan hamba-hamba-Nya. Allah berfirman, “Qul li-l mu`minîna yaghuddhû min abshârihim wa yahfadhû furûjahum dzâlika azkâ lahum innallâha khabîrun bimâ yashna`ûn, Katakanlah kepada orang-orang beriman, ‘Hendaklah mereka menjaga pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih mensucikan bagi mereka. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang mereka perbuat.” (an Nuur : 30).
Tentang ayat ini, Abu Hamid al Ghazali berkata, “Ketika aku merenungi ayat ini, meskipun ayatnya pendek, aku menemukan tiga makna berharga di dalamnya; pendidikan (ta`dîb), peringatan (tanbîh), dan ancaman (tahdîd).
Adapun pendidikan (ta`dîb) terdapat dalam, “Katakanlah kepada orang-orang beriman, ‘Hendaklah mereka menjaga pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka.” Sudah menjadi keharusan bagi seorang hamba untuk melaksanakan perintah tuannya dan patuh terhadap berbagai didikannya. Jika tidak, maka ia akan menjadi orang yang tidak beretika dan diperkenankan hadir dalam majlisnya, dan bersimpuh di hadapannya. Pahamilah point ini dengan baik.

Sedangkan peringatan (tanbîh) termuat dalam, “Yang demikian itu lebih mensucikan bagi mereka.” Ayat ini memililiki dua makna ; pertama, mensucikan hati mereka, dan kedua, membuat mereka lebih kaya dengan kebaikan. Karena, az zakah memliki arti bertambah (an numuw). Jadi diingatkan bahwa menjaga mata akan membersihkan hati dan memperbanyak ketaaatan. Alasannya, jika anda tidak menjaga mata dan membiarkannya liar, maka anda akan melihat sesuatu yang tidak berguna bagi anda. Dan sangat mungkin anda akan memandang sesuatu yang diharamkan. Jika anda melihatnya dengan sengaja. Anda mendapatkan dosa besar. Bisa jadi hati anda akan terpengaruh oleh apa yang anda pandang, dan anda akan binasa jika Allah tidak menyayangi anda.

Adapun makna ancaman (tahdîd) termaktub dalam penggalan ayat,  “Sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang mereka perbuat.”

Renungan 

Saudaraku,

Memandang sesuatu yang tidak halal akan mengisi pikiran dengan hal-hal haram. Sebaliknya, jika manusia berpikir tentang  keagungan kerajaan Allah di langit dan di bumi, maka itulah ibadah  paling utama yang akan meningkatkan takwa, keyakinan dan derajat di sisi Allah;

Memandang sesuatu yang tidak halal akan meninggalkan kesedihan setelah yang dipandang itu menghilang. Berbeda bila kesedihan itu lahir karena melihat kondisi orang-orang muslim yang terbantai di penjuru dunia karena membela dien mereka, maka itu adalah ikatan pertanda kokohnya iman dan ikatan persaudaraan, “Innama-l mu`minûna ikhwah, hanyasanya orang-orang mukmin adalah bersaudara.” (al Hujurat : 10);

Memandang sesuatu yang tidak halal akan membuat manusia menghabiskan waktu untuk dosa dan maksiat. Keduanya adalah tiket menuju neraka. Sebaliknya, bila manusia menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah, maka ia akan memetik kebahagiaan dan kenikmatan memandang wajah Allah yang Mahaindah;

Memandang sesuatu yang tidak halal akan meneteskan airmata karena perpisahan dengan yang dicintai. Andai saja tetesan airmata itu karena takut kepada Allah, maka ia akan mendapatkan naungan di bawah Arsy Allah pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Dzat yang Mahakasih;

Memandang sesuatu yang tidak halal akan mendorong kaki dan tangan bergerak kepada sesuatu yang sia-sia dan mengundang birahi. Jika tangan dan kaki digerakkan untuk berkhidmat kepada Allah dan menulis ilmu dan hadits, maka manusia akan mendapatkan ganjaran setimpal berupa pertemuan dengan sang guru sejati di jannah;
Bila engkau terpesona dengan kecantikan wanita dunia, maka bandingkanlah mereka dengan bidadari-bidadari jannah. Bidadari, Siapakah bidadari? Kecantikan wajahnya bagaikan sinar matahari. Andai saja ia turun ke bumi, maka bumi dan langit akan semerbak mewangi. Lisan manusia tidak kan berhenti berucap tahlil, takbir, dan tasbih kepada Allah. Cahaya matahari akan redup sebagaimana cahaya bintang-bintang di sekitar matahari. Orang yang berada di dekat matahari akan merasa nyaman dan damai. Jilbab yang yang menutupi kepalanya lebih baik dari dunia seisinya. Kulit tubuhnya memancarkan cahaya yang mampu menembus tujuh puluh pakaian. Jika saja Allah tidak menetapkan penghuni jannah untuk tidak mati, tentu mereka akan mati karena kecantikan para bidadari. Jika seorang wanita tersenyum kepada suaminya, maka jannah akan terang benderang karena senyumannya. Jika ia berjalan dari istana ke istana, maka ia bagaikan matahari ia bagaikan matahari yang tergeser di cakrawala. Dengan semua itu, mengapa anda mudah tergoda dengan bangkai?
Gambaran lebih indah tentang bidadari pernah ditulis oleh Ibnu Qayyim al Jauziyyah. Tulisnya,
“Jika kamu meminta mereka untuk menikah di jannah, mereka itu adalah para perawan yang mengalir pada tubuh mereka darah muda. Seperti bunga mawar dan buah apel yang tidak terbungkus dan seperti buah delima yang mulus. Matahari terbit dari wajahnya yang indah dan kilat menyambar di antara sela-sela giginya ketika tersenyum. Jika dia memeluk suaminya, dia akan memeluk seperti pelukan antara bumi dan matahari. 

Jika dia berbicara, pmebicaraannya seperti seorang yang bercengkerama dengan kekasihnya. Jika dipeluk, dia melekat seperti dua ranting yang saling bertautan.

Pipinya yang bening bisa digunakan untuk bercermin dan tulangnya yang putih kelihatan dari balik dagingnya, jika kulit dan dagingnya tidak tertutupi. Jika dia melihat dunia, maka antara langit dan bumi akan dipenuhi bau wanginya, sehingga mulut manusia akan senantiasa membaca tahlil, takbir dan tasbih. Apa yang ada di barat dan timur akan berdandan untuknya, dan setiap mata akan melihatnya dan terpejam untuk melihat selainnya. Cahayanya akan meredupkan cahaya matahari seperti matahari yang meredupkan cahaya bintang, dan akan beriman kepada Allah seluruh manusia yang ada di atasnya.

Jilbab yang ada di atas kepalanya lebih baik daripada dunia dan seisinya, hasrat untuk menikahinya lebih besar daripada segalanya. Semakin lama waktu bertambah, dia akan kelihatan semakin cantik dan indah. Semakin hari akan semakin bertambah cinta dan erat. Dia tidak pernah haidh, melahirkan dan nifas. Suci dari kotoran, air ludah, kencing, air besar dan kotoran lainnya.

Kegadisannya tidak akan pernah hilang dan muda selamanya. Kecantikannya tidak pudar dan tidak ada rasa bosan untuk menggaulinya. Dia hanya ingin melayani suaminya dan tidak pernah tertarik pada selainnya dan sebaliknya, sehingga dia merupakan puncak ketenangan dan hawa nafsu.

Jika melihatnya akan menggembirakan dan jika diperintah untuk taat, dia pun mentaatinya. Jika suaminya meninggalkannya, maka dia akan menjaga diri dan keamanannya. Dia seorang perawan yang sebelumnya tidak pernah tersentuh oleh manusia atau jin, sehingga setiap kali melihatnya akan menimbulkan rasa gembira. Setiap kali berbicara dengannya, seakan di telinga dipenuhi permata yang indah. Jika dia telanjang (upss. Astaghfirullah…), seluruh istana dan ruangan penuh dengan cahaya.

Jika kamu bertanya tentang usia
Dia usianya masih sangat muda
Jika bertanya tentang kecantikan
Pernahkah kamu melihat matahari dan bulan?
Jika kamu bertanya tentang matanya,
Seperti warna paling hitam di tempat yang paling putih (sangat jelita)
Jika kamu bertanya tentang bentuk tubuhnya
Pernahkah anda melihat pohon yang langsing
Jika kamu bertanya tentang buah dadanya,
Ia seperti buah delima yang lembut
Jika kamu bertanya tentang warna kulitnya
Dia seperti yakut dan marjan

Bagaimana bayangan anda ketika wanita tersenyum di hadapan suaminya, maka jannah pun menjadi terang dengan senyumannya. Jika dia pindah dari satu istana ke istana yang lain, anda akan mengatakan matahari berpindah dari satu poros ke poros yang lainnya. Jika suaminya tiba, alangkah mesra sambutannya. Jika ia memeluk betapa hangat pelukannya.

Jika dia bernyanyi, suaranya terasa nikmat di telinga dan mata. Jika dia merayu dan merajuk, rayuan dan rajukannya terasa nikmat. Jika dia memeluk, tidak ada pelukan yang lebih hangat darinya. Dan jika dia memberi sesuatu atau menerima, tidak ada cara sebaik yang dilakukannya.”

Abu Darda` berkata, “Man ghaddha basharahu `an an nadhari al harami zuwwija min al huri-l `in haitsu ahabba, barangsiapa menundukkan pandangannya dari yang haram, ia akan dinikahkan dengan bidadari yang ia cinta.” (Risalah al Mustarsyidin, Haris al Muhasibi, Daru-l Salam).

Pertanyaannya, dimanakah lelaki-lelaki sejati yang semaunya sendiri menikahi para bidadari itu, kini??

Sebagai penutup,

Saudaraku….., yakinlah dengan apa yang disabdakan oleh Rasul Mulia, Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam,
“Innaka lan tada`a syai`an ittiqâ’allâhi jalla wa `azza illa a`thâkallâhu khairan minhu, sungguh tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena takut kepada Allah yang Maha Agung dan Mulia, kecuali Dia akan memberimu sesuatu yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad, dan Syu`aib al Arna’uth berkomentar, ‘Sanadnya shahih”).
Apa balasannya? Pertanyaan ini dijawab oleh Ibnu Taimiyyah rahimahullah –sebagaimana yang dinukil oleh Syaikh Muhammad as-Salman dalam bukunya, Mawâridu-d dham`ân : 7/769-770. Beliau berkata, menundukkan pandangan dari rupa yang dilarang untuk dilihat, seperti wanita dan amrad ‘cantik’ (lelaki tampan yang tidak berjenggot), akan mewariskan tiga hal :

Pertama : mendapatkan kenikmatan dan kelezatan iman yang lebih manis dan lebih nikmat daripada apa yang ia tinggalkan karena Allah karena siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik;

Kedua : menundukkan pandangan akan mewariskan cahaya di hati dan firasat (yang tepat dan akurat);

Ketiga : memperoleh kekuatan, keteguhan dan keberanian di hati sehingga dia dikaruniai Allah kekuatan bashirah dan kekuatan hujjah.

NB : Artikel ini hanya diperuntukkan bagi penulis, tetapi semoga para pembaca –segenap ikhwan dan begitu pula para akhwat- juga mendapatkan manfaatnya. Ya, artikel ini tidak hanya untuk para ikhwan tetapi juga para akhwat, karena Allah berfirman, “Qul li-l mu`minîna yaghuddhû min abshârihim…,Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, “Hendaklah mereka menjaga pandangan mereka.” (an Nuur : 30). Ayat ini umum, untuk ikhwan dan juga akhwat. Wallahu A’lam.

Sumber : http://www.oaseimani.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar